Wilayah Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik merupakan wilayah di Kabupaten Gresik yang berbatasan langsung dengan Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo, merupakan wilayah yang sebagian besar lahan pertaniannya adalah tadah hujan, lahannya pun tidak begitu luas karena banyak industri dan pabrik - pabrik yang berdiri dengan kokohnya, sehingga penduduknyapun banyak yang bekerja di pabrik. Dengan sempitnya lahan, maka pengembangan
pertanian memiliki tantangan. Meningkatnya penggunaakan alih fungsi lahan dari sektor pertanian ke non
pertanian / industri menyebabkan lahan pertanian di Kecamatan Driyorejo semakin sempit.
Untuk mencukupi kebutuhan pangan manusia dengan kondisi lahan yang
sempit sangat susah diciptakan. Selain masalah lahan yang sempit
ketersediaan air juga menjadi kendala, air merupakan sumberdaya utama
dalam produksi tanaman pertanian. Salah satu cara untuk mengatasi
kelangkaan lahan pertanian di Indonesia adalah memanfaatkan lahan
pekarangan rumah, pemanfaatan lahan pekarangan dapat menjadi bagian
penting dalam mendukung ketahanan pangan. Hal ini karena terjadi
pemenuhan kebutuhan pangan rumah tangga secara cukup, berkualitas,
bergizi, dan aman secara teratur. Dengan biaya murah dan pengawasan
mudah dapat menjadi sarana mengatasi kelangkan pangan keluarga.
Pengembangan sistem produksi tanaman pertanian di pekarangan dapat
mendukung usaha ketahanan pangan.
Terkait pembangunan pertanian yang
berkelanjutan dengan keterbatasan sumberdaya lahan dan air, peran wanita tani dalam pertanian, dan kehilangan hasil panen sangat mendukung
untuk tercapainya pemanfaatan lahan pekarangan untuk sumber pangan
keluarga. Dengan perawatan dan pengawasan yang rutin akan meningkatkan
hasil produksi tanaman pekarangan. Tanaman yang sangat cocok untuk
ditanam pada lahan pekarangan adalah jenis tanaman hortikultura mulai
dari sayuran, buah-buahan, dan obat-obatan. Dengan umur tanam yang
pendek dan berkala dapat dimanfaatkan dalam mencukupi kebutuhan
keluarga. Seperti pada tahun 2011 kemaren terjadi kelangkaan cabai,
harga cabai hingga tinggi mencapai Rp.100.000,-/kg. Hal ini sangat
meresahkan masyarakat khususnya masyarakat kecil. Pasalnya makan sambal
adalah budaya masyarakat Indonesia, ada yang kurang jika hidangan diatas
meja tidak ada sambal. Dengan adanya pemanfaatan lahan pekarangan ini
sedikit dapat mengurangi pengeluaran belanja bulanan dan memberdayakan
para wanita tani. Sehingga dalam mencukupi kebutuhan pangan, gizi dan
nutrisi keluarga tidak terlalu menjadi beban masyarakat.
bambang pujaratna, SP - PP Driyorejo
oke reek......lanjutin ya
BalasHapus