Rabu, 29 Agustus 2012

PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN

Wilayah Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik merupakan wilayah di Kabupaten Gresik yang berbatasan langsung dengan Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo, merupakan wilayah yang sebagian besar lahan pertaniannya adalah tadah hujan, lahannya pun tidak begitu luas karena banyak industri dan pabrik - pabrik yang berdiri dengan kokohnya, sehingga penduduknyapun banyak yang bekerja di pabrik. Dengan sempitnya lahan, maka pengembangan pertanian memiliki tantangan. Meningkatnya penggunaakan alih fungsi lahan dari sektor pertanian ke non pertanian / industri menyebabkan lahan pertanian di Kecamatan Driyorejo semakin sempit. Untuk mencukupi kebutuhan pangan manusia dengan kondisi lahan yang sempit sangat susah diciptakan. Selain masalah lahan yang sempit ketersediaan air juga menjadi kendala, air merupakan sumberdaya utama dalam produksi tanaman pertanian. Salah satu cara untuk mengatasi kelangkaan lahan pertanian di Indonesia adalah memanfaatkan lahan pekarangan rumah, pemanfaatan lahan pekarangan dapat menjadi bagian penting dalam mendukung ketahanan pangan. Hal ini karena terjadi pemenuhan kebutuhan pangan rumah tangga secara cukup, berkualitas, bergizi, dan aman secara teratur. Dengan biaya murah dan pengawasan mudah dapat menjadi sarana mengatasi kelangkan pangan keluarga. Pengembangan sistem produksi tanaman pertanian di pekarangan dapat mendukung usaha ketahanan pangan.

Terkait pembangunan pertanian yang berkelanjutan dengan keterbatasan sumberdaya lahan dan air, peran wanita tani dalam pertanian, dan kehilangan hasil panen sangat mendukung untuk tercapainya pemanfaatan lahan pekarangan untuk sumber pangan keluarga. Dengan perawatan dan pengawasan yang rutin akan meningkatkan hasil produksi tanaman pekarangan. Tanaman yang sangat cocok untuk ditanam pada lahan pekarangan adalah jenis tanaman hortikultura mulai dari sayuran, buah-buahan, dan obat-obatan. Dengan umur tanam yang pendek dan berkala dapat dimanfaatkan dalam mencukupi kebutuhan keluarga. Seperti pada tahun 2011 kemaren terjadi kelangkaan cabai, harga cabai hingga tinggi mencapai Rp.100.000,-/kg. Hal ini sangat meresahkan masyarakat khususnya masyarakat kecil. Pasalnya makan sambal adalah budaya masyarakat Indonesia, ada yang kurang jika hidangan diatas meja tidak ada sambal. Dengan adanya pemanfaatan lahan pekarangan ini sedikit dapat mengurangi pengeluaran belanja bulanan dan memberdayakan para wanita tani. Sehingga dalam mencukupi kebutuhan pangan, gizi dan nutrisi keluarga tidak terlalu menjadi beban masyarakat.

bambang pujaratna, SP - PP Driyorejo

1 komentar: