Kamis, 10 Desember 2020

Brigade Roti Amankan Produksi Padi Melalui Gerdal Tikus di Poktan Gadung

Untuk mengendalikan hama tikus, disamping sanitasi kebersihan lingkungan persawahan, Gropyokan massal, memanfaatkan musuh alami, bisa juga dengan menggunakan rodentisida. Kali ini gerakan pengendalian (gerdal) tikus dilakukan di Desa Gadung, Kecamatan Driyorejo, Kabupaten Gresik, menggunakan Rodentisida pengemposan/ fumigasi yaitu basmiku 66 PS, racun yang bekerja sistemik untuk merusak sistem pernafasan tikus dan rodentisida bentuk umpan yaitu Ratol 80 P. Keterlambatan dalam pengendalian tikus bisa mengakibatklan petani tidak panen (puso).



Kegiatan gerdal tikus dilakukan bersama penyuluh BPP Kecamatan Driyorejo, POPT dan Brigade Roti (Brigade Roda Tiga ) di Desa Gadung Kec. Driyorejo. Brigade Roti dibentuk untuk membantu petani dalam hal sarana dan prasarana sebagai upaya pengendalian hama dan penyakit yang menyerang tanaman.

Tikus sawah merupakan hama penting karena tingkat perkembangbiakannya yang sangat cepat. Dalam 1 tahun, sepasang induk tikus dapat beranak pinak hingga mencapai sekitar 5000 ekor. Tiap tahun serangannya lebih dari 17 % dari total luas areal tanaman padi di Indonesia. Hal ini disebabkan karena pengendalian hama tikus oleh petani seringkali terlambat, karena petani mengendalikan setelah terjadi serangan dan kurangnya monitoring oleh petani,

Tikus yang telah terbunuh/tertangkap hanya merupakan indikasi turunnya populasi tikus. Yang perlu diwaspadai adalah populasi tikus yang masih hidup, karena akan terus berkembang biak dengan pesat selama musim tanam terutama padi. Disamping itu monitoring keberadaan dan aktivitas tikus sangat penting diketahui sejak dini oleh petani agar usaha pengendalian dapat berhasil. Cara monitoring antara lain dengan melihat lubang aktif, jejak tikus, jalur jalan tikus, kotoran atau gejala kerusakan tanaman. Dan tidak kalah pentingnya adalah mewaspadai terhadap kemungkinan terjadinya migrasi (perpindahan tikus) secara tiba-tiba dari daerah lain dalam jumlah yang besar

Menurut Bambang Pujaratna, SP, Koordinator PPL BPP Driyorejo, cara aplikasi menggunakan basmikus  yaitu: berbahan aktif belerang 66%, rodentisida berbentuk tepung berwarna kuning, wadah kertas berbentuk tabung dan digunakan untuk mengendalikan tikus sawah. Dosis aplikasi: 1 batang rodentisida basmikus, untuk 1 (satu) lubang aktif tikus. Cara aplikasi : sumbu rodentisida dibakar dengan korek api (usahakan tidak mengarah ke badan dan tidak melawan arah angin). Setelah menyala/keluar asap segera masukkan ke lubang tikus dan langsung tutup dengan tanah/lumpur sampai tidak ada asap yang keluar, tikus akan mati di dalam lubang sekitar 2 menit. Waktu aplikasinya, setiap saat dan kondisi tanah tidak banyak lubang tanah retak (nelo), digunakan terutama pada saat banyak serangan tikus sawah.

Untuk cara aplikasi menggunakan rodentisida ratol 80 P  adalah daun pisang, pelepah/gedebog pisang, beras afkir, rodentisida, minyak goreng bekas (jelantah) dan sarung tangan plastic. Kemudian siapkan daun pisang untuk alas. Kemudian taruh beras sebanyak 500 gram. Berikan jelantah secukupnya dan aduk sampai merata (harus pakai sarung tangan plastic). Setelah itu berikan satu sachet rodentisida ratol 80 P, aduk sampai merata. Pelepah/gedebog pisang dibentuk segitiga dan dipasang dekat jalan atau lobang tikus. Ditengahnya ditaruh umpan yang sudah diracik tadi. Maksud pakai gedebok pisang ini adalah untuk tikus berteduh dan memakan umpan tadi. “Banyak manfaat yang diambil dari kegiatan gerdal tikus ini, selain petani merasa diperhatikan tanamannya, petani juga bisa melakukan pengamatan berkala atau berkelanjutan dan dilakukan aplikasi sesuai anjuran penyuluh dan petugas POPT  ,” kata Bambang.

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo selalu menegaskan kepada seluruh insan pertanian bahwa di tengah pandemi Covid-19, petani dan penyuluh harus tetap bersinergi menyediakan kebutuhan pangan sehingga tidak terjadi krisis pangan.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi juga mengatakan bahwa pandemi Covid-19 mempengaruhi perekonomian, namun sektor pertanian semakin kokoh lantaran kerja keras petani didampingi penyuluh.

“Petani harus turun ke lapangan, penyuluh harus turun ke lapangan dan mendampingi petani. Dalam kondisi apa pun, pangan tidak boleh bermasalah. Pangan tidak boleh bersoal. Untuk itu, kita harus tanam dan memastikan produksi tidak berhenti,” tegas Dedi. 

Bambang Puja