Rabu, 17 Februari 2016

Peningkatan Intensitas Tanaman Padi di Lahan tadah Hujan

Padi merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat di Indonesia dan bahan makanan pokok masyarakat yang paling dibutuhkan dalam jumlah yang besar. Oleh karena itu sampai saat ini padi tetap menjadi komoditas yang sangat strategis.



Indonesia pada tahun 1984 pernah berswasembada beras dengan laju pertumbuhan produksi padi mencapai 5,2% per tahun. Namun laju pertumbuhan yang tinggi tersebut terus menurun sehingga untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dilakukan impor yang dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Kendala peningkatan produksi padi nasional diantaranya adalah telah terjadinya deteriorasi kesuburan tanah akibat kegiatan intensifikasi secara terus menerus. Untuk mengatasi masalah tersebut, alternative yang memungkinkan adalah meningkatkan produktivitas dengan memperbaiki kondisi fisik-kimia tanah dengan pemberian bahan organik.

Produktivitas padi di lahan sawah tadah hujan di tingkat petani baru mencapai 2,9 ton/ha gabah kering giling, sementara di tingkat penelitian mencapai 5,2 ton/ha. Untuk memacu openingkatan produktivitas padi pada lahan sawah tadah hujan pupuk anorganik dan pupukm organic dapat digunakan secara bersama-sama. Produktivitas rendah karena pada umumnya diusahan hanya satu kali dalam satu tahun. Varietas yang digunakan olaeh petani pada lahan sawah tadah hujan pada umumnya varietas lokal yang sudah ditanam berkali-kali, berumur panjang dan pemberian pupuk tidak sesuai dengan rekomendasi. Pupuk organik sangat penting bagi usaha pertanian, karena dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Ada beberapa varietas unggul yang cocok ditanam di lahan swah tadah hujan, berumur pendek dan produktivitasnya tinggi. Dengan penerapan buduidaya tertentu intensitas tanaman dapat ditingkatkan menjadi dua kali per tahun.


Pennyiapan lahan
Tanah diolah baik menggunakan traktor, luku dilaksanakan pada bulan Agustus untuk tanam pertama dan pada bulan April untuk tanam kedua. Diperkirakan pada bulan tersebut curah hujan sudah cukup tinggi. Sebelum pengolahan tanah pada bulan Juli sebaiknya dilakukan penyemprotan dengan herbisida, dan untuk tanam kedua dilakukan pada umur tanaman 30 hari.
Sistem Tanam dan Jumlah pemakaian Benih
Penanaman padi di lahan sawah tadah hujan dilakukan sesuai dengan anjuran, yaitu dengan sistem tanam benih langsung (tabela) dengan cara tugal (tanam pertama), jarak tanam 20 cm x 20 cm. Jumlah benih untuk tanam pertama musim hujan (MH) cukup tinggi,mencapai 80 kg/ha. Sedangkan untuk gtanam kedua musim kering (MK), pada saat bibit berumur 15-20 hari dilakukan tanam pindah dengan jumlah bibit 2-3 bibit/lubang tanam dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm, sehingga jumlah benih yang diperlukan pada gtanam kedua adalah 15-20 kg/ha.
Varietas
Varietas yang ditanam adalah IR.66 pada MK, dan cijujung pada MH.
Pemupukan (jenis, takaran, waktu pemberian)
Pemupukan dasar diberikan pada saat tanaman padi berumur 0-10 HST, sedangkan pupuk susulan diberikan pada saat tanaman padi berumur ± 30 HST.
Pemupukan diberikan sesuai anjuran. Takaran pupuk adalah Urea 120kg, SP36 100 kg dan pupuk kandang 2 ton/ha.
Hama dan Penyakit
Pengendalian hama tikus dengan menggunakan Klerat, hama penggerek batang dikendalikan dengan menggunakan Spontan, hama Walang sangit dan hama putih palsu dikendalikan dengan menggunakan insektisida Matador. Sedangkan pengendalian Wereng coklat menggunakan insektisida Aplloud atau Actara. Untuk menanggulangi serangan hama burung dilakukan pengusiran dengan tali dan benda-benda yang menimbulkan bunyi-bunyian apabila ditarik. Penyakit yang banyak menyerang biasanya adalah Blas dan tungro.

Sumber : Cybex.pertanian.go.id