Kunyit merupakan salah satu tanaman rempah dan bahan baku
obat alami asli dari wilayah Asia Tenggara. Karena manfaatnya yang cukup besar
serta permintaan yang cukup banyak, budidaya kunyit pun
mampu mendapatkan omset hingga puluhan juta rupiah
perbulan. Kunyit merupakan tanaman obat berupa semak dan bersifat tahunan (perenial) yang tersebar
diseluruh daerah tropis. Tanaman dengan nama latin Curcuma Domestica ini di daerah Jawa digunakan sebagai ramuan jamu
karena berkhasiat menyejukan, membersihkan, mengeringkan, menghilangkan gatal
dan menyembuhkan kesemutan.
Pembangunan biofarmaka
termasuk tanaman obat yang potensial di suatu wilayah merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan perekonomian
wilayah, yang pada akhirnya akan meningkatkan daya saing wilayah tersebut.
Untuk menciptakan kegiatan ekonomi yang efektif, efisien, berdampak bagi
kemajuan dan kesejahteraan masyarakat yang terlibat di dalamnya. Desa Kesamben Wetan
Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik secara geografis mempunyai letak
yang sangat strategis untuk pembudidayaan tanaman
kunyit. Budidaya kunyit di Desa Kesamben Wetan khususnya dan di wilayah Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik pada umumnya, sudah menjadi pilihan
petani di saat tegal / lahan kering yang ada di wilayah kecamatan Driyorejo sudah
menjelang akhir musim hujan. Sekitar bulan Juni – Juli petani mulai ada yang
memanen tanaman kunyitnya dan pada saat itu pula petani menanami kembali
lahannya dengan bibit yang sudah disiapkan. Tentunya dipilih bibit dari kunyit
yang bagus. Panen kunyit ini bisa dilakukan sampai bulan Desember tentunya di
lahan yang belum dipanen kunyitnya. Desa Kesamben Wetan berdasarkan pertimbangan untuk budidaya
kunyit di lahan kering juga cukup bagus, kemudian pasokan pupuk kandang serta
jarak yang cukup dekat dengan Kota Surabaya mapun Kota Gresik juga cukup dekat untuk
pemasarannya bahkan bisa juga di eksport ke luar negeri.
Ketua Gapoktan Kesamben Wetan, Bpk.
Wakidi adalah seorang petani yang juga seorang pengusaha Kunyit dalam skala
cukup besar. Dibawah bimbingan dan arahan dari Koordinator PPL Kec. Driyorejo,
Bpk. Bambang Pujaratna,SP, Bpk Wakidi menampung seluruh hasil panen kunyit
dari desa Kesamben Wetan, juga seluruh wilayah Kecamatan Driyorejo maupun di
wilayah Kecamatan sekitar seperti Kecamatan Wringinanom, Kedamean dan Menganti.
Hampir 90% kunyit berkualitas yang ada di wilayah tersebut adalah pemasok hasil
kunyit ke pak Wakidi, sisanya sekitar 10% diperoleh dari hasil panen kunyit
Kediri.
Bekerjasama dengan eksportir dari
Surabaya, di Panen perdana kunyit mampu menghasilkan produksi kunyit kering
(sudah rajangan/irisan tipis) siap eksport ke India sebanyak 1200-1300 ton. Sebelum
dikirim, kunyit kering disimpan di gudang kondisi kering sekitar 90% dan pada
saat siap kirim di container kondisi kunyit sudah kering 100%. Dengan harga
Rp.16.000 / kg (sesuai nilai kontrak pada saat itu), jika mampu mengirim 1.200
ton berarti Rp.16.000 x 1.200.000 kg = Rp.19.200.000,-
Biasanya
kalau dikirim menggunakan truk container, satu container maksimal angkut
kapasitas 25 ton. Berarti kalau kirim 1.200 ton harus menggunakan 1.200 : 25 =
48 truk container.
Nah, pada saat pengiriman terakhir dan
stok kunyit tinggal sekitar 300 ton (12 container) pandemic Covid 19 melanda
dunia, sehingga pengiriman kunyit itu tertahan di pelabuhan sampai berbulan
bulan. Kalau kondisi seperti ini, resiko yang tanggung adalah eksportir. Karena
keterlambatan pengiriman akan kena claim sekitar 2 M. Itulah kenapa pak Wakidi
memanage matang - matang hal hal seperti ini. Jadi ada Pandemi Covid 19 atau
hal lain, tidak ikut kena imbasnya.
Bambang Pujaratna, SP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar