Jumat, 09 Mei 2014

TEKNIK HIDROPONIK



Hidroponik berasal dari kata Hydro (air) dan Ponics (pengerjaaan), sehingga hidroponik bisa diartikan bercocok tanam dengan media tanam air. Pada awalnya orang mulai menggunakan air sebagai media tanam mencontoh tanaman air seperti kangkung, sehingga kita mengenal tanaman hias yang ditanam dalam vas bunga atau botol berisi air. Sejarah hidroponik dimulai pada 3 abad yang lalu, pada tahun 1669 di Inggris sudah dilakukan pengujian tanaman hidroponik dalam laboratorium. Kemajuan yang sangat berpengaruh terjadi pada tahun 1936, Dr. W.F. Gericke di California (AS) berhasil menumbuhkan tomat setinggi 3 m dan berbuah lebat dalam bak berisi air mineral. Pada tahun 1950 Jepang secara besar-besaran menyebarkan cara bercocok tanam hidroponik untuk mensuplai sayuran bagi tentara pendudukan Amerika Serikat. Dari sini hidroponik terus menyebar ke berbagai negara. Di Indonesia hidroponik mulai dikembangkan pada sekitar tahun 1980.
Hidroponik adalah metode penanaman tanaman tanpa menggunakan media tumbuh dari tanah. Secara harafiah hidroponik berarti penanaman dalam air yang mengandung campuran hara. Dalam praktiknya sekarang ini, hidroponik tidak terlepas dari penggunaan media tumbuh lain yang bukan tanah sebagai penopang pertumbuhan tanaman.
Menurut Raffar (1993), sistem hidroponik merupakan cara produksi tanaman yang sangat efektif. Sistem ini dikembangkan berdasarkan alasan bahwa jika tanaman diberi kondisi pertumbuhan yang optimal, maka potensi maksimum untuk berproduksi dapat tercapai. Hal ini berhubungan dengan pertumbuhan sistem perakaran tanaman, di mana pertumbuhan perakaran tanaman yang optimum akan menghasilkan pertumbuhan tunas atau bagian atas yang sangat tinggi. Pada sistem hidroponik, larutan nutrisi yang diberikan mengandung komposisi garam-garam organik yang berimbang untuk menumbuhkan perakaran dengan kondisi lingkungan perakaran yang ideal.
Hidroponik, menurut Savage (1985), berdasarkan sistem irigasisnya dikelompokkan menjadi: (1) Sistem terbuka dimana larutan hara tidak digunakan kembali, misalnya pada hidroponik dengan penggunaan irigasi tetes drip irrigation atau trickle irrigation, (2) Sistem tertutup, dimana larutan hara dimanfaatkan kembali dengan cara resirkulasi. Sedangkan berdasarkan penggunaan media atau substrat dapat dikelompokkan menjadi (1) Substrate Sistem dan (2) Bare Root Sistem


1.         Substrate Sistem

Substrate sistem atau sistem substrat adalah sistem hidroponik yang menggunakan media tanam untuk membantu pertumbuhan tanaman. Sitem ini meliputi:
a.         Sand Culture
 Biasa juga disebut „Sandponics adalah budidaya tanaman dalam media pasir. Produksi budidaya tanaman tanpa tanah secara komersial pertama kali dilakukan dengan menggunakan bedengan pasir yang dipasang pipa irigasi tetes. Saat ini „Sand Culture’ dikembangan menjadi teknologi yang lebih menarik, terutama di negara yang memiliki padang pasir. Teknologi ini dibuat dengang membangun sistem drainase dilantai rumah kaca, kemudian ditutup dengan pasir yang akhirnya menjadi media tanam yang permanen. Selanjutnya tanaman ditanam langsung dipasir tanpa menggunakan wadah, dan secara individual diberi irigasi tetes.
b.         Gravel Culture
 Gravel Culture adalah budidaya tanaman secara hidroponik menggunakan gravel sebagai media pendukung sistem perakaran tanaman. Metode ini sangat populer sebelum perang dunia ke 2. Kolam memanjang sebagai bedengan diisi dengan batu gravel, secara periodik diisi dengan larutan hara yang dapat digunakan kembali, atau menggunakan irigasi tetes. Tanaman ditanam di atas gravel mendapatkan hara dari larutan yang diberikan. Walaupun saat ini sistem ini masih digunakan, akan tetapi sudah mulai diganti dengan sistem yang lebih murah dan lebih efisien.
c.         Rockwool
 Adalah nama komersial media tanaman utama yang telah dikembangkan dalam sistem budidaya tanaman tanpa tanah. Bahan ini besasal dari bahan batu Basalt yang bersifat Inert yang dipanaskan sampai mencair, kemudian cairan tersebut di spin (diputar) seperti membuat harum manis sehingga menjadi benang-benang yang kemudian dipadatkan seperti kain "wool" yang terbuat dari "rock. Rockwool biasanya dibungkus dengan plastik. Rockwool ini juga populer dalam sistem Bag culture sebagai media tanam. Rockwool juga banyak dimanfaatkan untuk produksi bibit tanaman sayuran dan dan tanaman hias.
d.         Bag Culture
 Bag culture adalah budidaya tanaman tanpa tanah menggunakan kantong plastik (polybag) yang diisi dengan media tanam. Berbagai media tanam dapat dipakai seperti : serbuk gergaji, kulit kayu, vermikulit, perlit, dan arang sekam. Irigasi tetes biasanya diganakan dalam sistem ini. Sistem bag culture ini disarankan digunakan bagi pemula dalam mempelajari teknologi hidroponik, sebab sistem ini tidak beresiko tinggi dalam budidaya tanaman.


2.         Bare Root Sistem
Bare Root sistem atau sistem akar telanjang adalah sistem hidroponik yang tidak menggunakan media tanam untuk membantu pertumbuhan tanaman, meskipun block rockwool biasanya dipakai diawal pertanaman. Sitem ini meliputi:
a.         Deep Flowing Sistem
 Deep Flowing Sistem adalah sistem hidroponik tanpa media, berupa kolam atau kontainer yang panjang dan dangkal diisi dengan larutan hara dan diberi aerasi. Pada sistem ini tanaman ditanam diatas panel tray (flat tray) yang terbuat dari bahan sterofoam mengapung di atas kolam dan perakaran berkembang di dalam larutan hara.

b.         Teknologi Hidroponik Sistem Terapung (THST)
 Teknologi Hidroponik Sistem Terapung adalah hasil modifikasi dari Deep Flowing Sistem yang dikembangkan di Bagian Produksi Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Perbedaan utama adalah dalam THST tidak digunakan aerator, sehinga teknologi ini reltif lebih effisien dalam penggunaan energi listrik. Pembahasan ditail dari THST disajikan dalam sub bab Kultur Air.

c.         Aeroponics
 Aeroponics adalah sistem hidroponik tanpa media tanam, namun menggunakan kabut larutan hara yang kaya oksigen dan disemprotkan pada zona perakaran tanaman. Perakaran tanaman diletakkan menggantung di udara dalam kondisi gelap, dan secara periodik disemprotkan larutan hara. Teknologi ini memerlukan ketergantungan terhadap ketersediaan energi listrik yang lebih besar.
d.         Nutrient Film Tecnics (NFT)
 Nutrient Film technics adalah sistem hidroponik tanpa media tanam. Tanaman ditanam dalam sikrulasi hara tipis pada talang-talang yang memanjang. Persemaian biasanya dilakukan di atas blok rockwool yang dibungkus plastik. Sistem NFT pertama kali diperkenalkan oleh peneliti bernama Dr. Allen Cooper. Sirkulasi larutan hara diperlukan dalam teknologi ini dalam periode waktu tertentu. Hal ini dapat memisahkan komponen lingkungan perakaran yang ‘aqueous’ dan ‘gaseous’ yang dapat meningkatkan serapan hara tanaman.


e.         Mixed Sistem
 Mixed sistem adalah teknologi hidroponik yang mennggabungkan aeroponics dandeep flow technics.Bagian atas perakaran tanaman terbenam pada kabut hara yang disemprotkan, sedangkan bagian bawah perakaran terendam dalam larutan hara. Sistem inilebih aman dari pad aeroponics sebab bila terjadi listrik padam tanaman masih bisa mendapatkan hara dari larutan hara di bawah area kabut.

2.2       Mengapa memilih hidroponik (WHY)

            Alasan memilih hidroponik tidak lain adalah karena keutamaan yang dimilikinya dibandingkan dengan sistem konvensional. Beberapa keuntungan dengan menerapkan sistem hidroponik adalah sebagai berikut:
1.      Dapat dilakukan pada lahan dengan tanah yang kurang bahkan tidak produktif sekalipun, karena media tumbuh tanaman tidak menggunakan tanah.
2.      Ramah lingkungan karena tidak menggunakan pestisida yang merusak tanah.
3.      Dapat menghemat pemakaian pupuk.
4.      Tidak memerlukan banyak tenaga kerja.
5.      Lebih hemat air karena tidak perlu menyiramkan air setiap hari.
6.      Tidak membutuhkan lahan yang banyak, media tanaman bisa dibuat secara bertingkat.
7.      Kebersihan lebih mudah dijaga dan terhindar dari penyakit yang berasal dari tanah.
8.      Budidaya tanaman dapat dilakukan tanpa tergantung kepada musim.
9.      Larutan nutrisi tanaman dapat dipasok sesuai dengan tingkat kebutuhan tanaman.
10.  Serangan hama dan penyakit cenderung jarang dan lebih mudah dikendalikan.
11.  Jika dilakukan dengan benar dapat mengasilkan panen yang lebih berkualitas dengan kuantitas yang lebih tinggi.
12.  Dapat mengatur waktu tanam dan jadwal panen sesuai dengan kebutuhan pasar atau permintaan konsumen.
Selain kelebihan-kelebihan yang diuraikan di atas, hidroponik juga memiliki beberapa kekurangan diantaranya adalah:
1.      Biaya awal yang mahal.
2.      Perlunya keterampilan khusus agar hidroponik yang dilakukan berhasil, khususnya pada pencampuran larutan nutrisi tanaman.
3.      Perawatan yang cukup mahal.
4.      Menggunakan terlalu banyak wadah tanam.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat menjadi pertimbangan bagi kita apakah layak untuk melakukan hidroponik sebagai alternatif bercocok tanam selain cara konvensional. Hidropnik merupakan jawaban atas permasalahan lahan, baik penyempitan lahan maupun permasalahan lahan-lahan marginal yang belum dikelola dengan baik.

2.3       Dimana melakukan hidroponik (WHERE)

            Hidroponik menjawab permasalahan terbatasnya lahan pertanian dan lahan yang kurang produktif. Dengan menerapkan sistem hidroponik, bercocok tanam pada lahan yang tidak produktif pun dapat dilakukan. Areal yang sempit pun bukan menjadi permasalahan karena hidroponik dapat dilaksanakan di atas atap rumah sekalipun. Perbedaan mendasar antara hidroponik dengan sistem tanam konvensional adalah tempat tanamnya, yang mana hidroponik tidak ditanam di tanah melainkan menggunakan media inert, seperti: arang sekam, serbuk kayu, kerikil, pasir, dll.
            Hidroponik dilakukan dengan menggunakan wadah tanam seperti: ember, polybag, gelas plastik dan untuk kasus lain dapat menggunakan hidroponik kit yang ada di pasaran atau pun rakitan sendiri. Sistem hidroponik sering diidentikkan dengan budidaya di dalam greenhouse/rumah kaca. Dalam skala besar/komersial biasanya budidaya hidroponik dilakukan di dalam greenhouse, hal ini bertujuan untuk memudahkan perawatan dan pengontrolan iklim mikro di dalam greenhouse, serta melindungi dari terpaan hujan/angin dan masuknya hama dari luar. Untuk skala hobi/rumahan, tidak perlu membuat greenhouse untuk melakukan budidaya hidroponik. Asal ada tempat yang cukup memadai, serta kebutuhan pertumbuhan tanaman bisa tercukupi, sudah cukup untuk melakukan budidaya hidroponik sendiri di rumah.
            Salah satu hal yang menarik dari hidroponik adalah, budidaya hidroponik dapat dilakukan di “semua” tempat. Hidroponik dapat dilakukan di luar maupun di dalam rumah, termasuk di dalam ruangan tertutup. Hal yang perlu dilakukan yaitu kita harus memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan tanaman. Dalam ruang tertutup, kebutuhan tanaman akan cahaya dapat diganti menggunakan lampu LED khusus untuk budidaya hidroponik.

2.4       Kapan melakukan hidroponik (WHEN)

            Jika melakukan hidroponik, siklus hidup tanaman yang dibudidayakan lebih cepat. Hal ini dikarenakan, nutrisi yang diberikan pada tanaman sudah sesuai dengan kebutuhan tanaman secara optimal. Sehingga memanen tanaman dapat dilakukan lebih cepat. Dengan hidroponik kita tidak perlu lagi mempermasalahkan musim, karena budidaya hidroponik memungkinkan untuk budidaya tanaman apapun, sekalipun bukan pada musimnya. Jadi kita dapat menanam tanaman favorit kita kapan saja (khusus untuk budidaya dalam greenhouse).
            Kelebihan sistem hidroponik yang dapat dilakukan kapan saja tanpa mengenal musim, membuat kita dapat mengatur waktu tanam dan panen sesuai keinginan kita, bahkan kegiatan panen dapat dilakukan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan pasar akan sayuran hidroponik. Sehingga dengan hidroponik dapat dilakukan panen sepanjang tahun.
            Faktor terpenting yang harus dipenuhi dalam menunjang keberhasilan hidroponik adalah perawatan, terutama pemberian air dan nutrisi tanaman. Dengan penjadwalan irigasi yang baik akan dapat meningkatkan pula efisiensi penggunaan air tanaman. Pemberian nutrisi yang teratur akan mencukupi kebutuhan hara tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik dan subur. Apanila faktor-faktor tersebut dapat dipenuhi dengan baik, maka kegiatan hidroponik dapat berjalan dengan baik dan panen sepanjang tahun yang diharapkan dapat diwujudkan.

2.5       Siapa pelaku hidroponik (WHO)

            Hidroponik telah lama sekali dilakukan, terbukti dengan adanya taman gantung di Babylonia. Istilah hidroponik sendiri lahir sekitar tahun 1936, sebagai penghargaan yang diberikan kepada DR. WF. Gericke, seorang agronomis dari Universitas California. DR. WF. Gericke melakukan percobaan dan penelitian dengan menanam tomat di dalam bak yang berisi mineral sehingga tomat tersebut mampu bertahan hidup dan dapat tumbuh sampai ketinggian 300 cm juga memiliki buah yang lebat.
Penemuan besar ini telah menjadi tren di abad 20, karena bercocok tanam dengan cara hidroponik dapat dilakukan oleh siapa saja, termasuk ibu rumah tangga sekalipun yang gemar bertanam tanaman hias. Jadi hidroponik secara tidak langsung dapat dilakukan karena hobi. Hidroponik karena hobi dapat dilakukan di areal yang sempit sekalipun seperti pekarangan rumah atau pun di dalam rumah. Biasanya tanaman yang dibudidayakan menyesuaikan hobi orang yang melakukannya, seperti: tanaman hias.
Dalam skala besar hidroponik telah banyak dilakukan, khususnya untuk memenuhi kebutuhan pasar. Hidroponik dalam skala besar dilakukan oleh petani/pengusaha hidroponik di dalam greenhouse dengan menggunakan komoditas yang memiliki nilai di pasaran.  Sayuran dan buah-buahan yang hamper setiap harinya dibutuhkan oleh masyarakat lah yang biasanya dikembangkan dalam usaha hidroponik, seperti: sawi, selada, melon, bayam, tomat, pakcoy, paprika, dll.

2.6       Bagaimana melakukan hidroponik (HOW)

Secara umum budidaya tanaman secara hidroponik dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.      Persiapan lahan
Perbedaan sistem hidroponik dan konvensional adalah media tanam yang digunakan hidroponik yaitu bukan tanah, sehingga dalam tahap persiapan lahan tidak perlu adanya pengolahan lahan. Yang dilakukan dalam kegiatan penyiapan lahan adalah menyiapkan tempat kegiatan hidroponik dilakukan, seperti membuat hidroponik kit dan juga greenhouse. Dalam skala kecil dapat dilakukan di pekarangan rumah saja.
2.      Persiapan wadah
Selanjutnya yang perlu dilakukan adalah menyiapkan wadah tanam. Wadah tanam hidroponik dapat menggunakan kantung plastik/polybag, gelas plastik, ember, dll. Wadah tanam berfungsi sebagai tempat memasukkan media tanam yang digunakan sebagai tempat tumbuhnya tanaman.
  1. Menyiapkan media tanam
Media tanam yang digunakan dalam hidroponik beragam, mulai dari limbah pertanian sampai bahan pabrikan. Media tanam berfungsi sebagai pengganti tanah pada sistem konvensional. Media tanam yang digunakan adalah bahan yang memiliki kriteria sebagai berikut: mampu menyediakan dan menyimpan unsur hara, sehingga kebutuhan air dan nutrisi tanaman dapat dipenuhi, mampu menjaga kelembaban dan mempunyai drainase yang baik. Jenis media tanam yang biasa digunakan adalah: arang sekam, serbuk kayu, kerikil, batu-bata, kapas, rockwool, pasir, dll.

  1. Penyemaian
Penyemaian dilakukan setelah semua persiapan awal dilakukan, sehingga setelah penyemaian berakhir proses penanaman dapat langsung dilakukan. Penyemaian
  1. Penanaman bibit
Setelah pekerjaan pengolahan tanah dan penyemaian bibit dilakukan, maka langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah penanaman bibit. Penanaman bibit akan dilakukan pada wadah tanam yang sudah di beri lubang-lubang tanam. Penanaman bibit dilakukan setelah bibit dianggap cukup kuat untuk dipindahkan ke tempat penanaman. Dalam pemindahan bibit ke tempat penanaman, akar tanaman di usahakan tidak rusak. Hal ini bertujuan untuk menghindari kerusakan pada akar yang masih muda. Hal yang perlu dilakukan untuk menghindari hal tersebut adalah bibit harus dicabut atau diikuti sertakan dengan media tanamnya
Penanaman bibit sebaiknya dilakukan pada sore hari yaitu pada waktu sinar matahari tidak lagi begitu menyengat.  Setelah selesai penanaman bibit, lahan sebaiknya disiram dengan air secukupnya. Biasanya bibit yang baru saja di tanam akan memperlihatkan layu sementara, hal ini akan berlansung selama 2 atau 3 hari. Tetapi hal ini merupakan hal yang biasanya terjadi dan hal ini tidak akan membahayakan pertumbuhan tanaman. Kecuali, jika bibit layu karena faktor kerusakan akar atau batangnya.
  1. Pemberian larutan nutrisi
Nutrisi atau unsur hara merupakan salah satu factor penting yang menunjang keberhasilan suatu sistem hidroponik yang dilakukan. Adapun unsur hara bagi tanaman dikelompokkan menjadi unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur makro merupakan unsur yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar dan mutlak harus ada. Sejumlah unsur hara makro yang dibutuhkan tanaman adalah N, P, K, Mg dan S. Sedangkan unsur hara mikro adalah unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah sedikit. Sejumlah unsur hara mikro yang dibutuhkan tanaman adalah Fe, Mn, Zn, Cu, B, Mo dan Cl. Kedua jenis unsur tersebut saling mendukung dan dibutuhkan oleh tanaman. Ketika salah satu unsur tidak ada, makan unsur yang dibutuhkan tanaman menjadi tidak lengkap.
Keuntungan sistem hidroponik adalah pemberian larutan nutrisi tanaman dapat dilakukan secara bersamaan dengan irigasi. Karena pada umumnya larutan yang ada di pasaran dalam penggunaanya telah dirancang agar diencerkan terlebih dahulu sebelum digunakan. Pencampuran larutan nutrisi ini memerlukan keterampilan khusus agar tanaman dapat tumbuh dengan baik.
  1. Pemeliharaan
Hidroponik memerlukan perawatan yang cermat. Beberapa langkah pemeliharaan tanaman hidroponik adalah sebagai berikut :
a.       Penyiraman
penyiraman air dan larutan nutrisi dilakukan 5-8 kali setiap hari. Penyiraman biasa dilakukan dengan menggunakan timer, sehingga tidak memerlukan tenaga ekstra dalam pengerjaannya.
b.      Pengikatan atau pengajiran
Tanaman yang telah berumur 1 minggu perlu diberi ajir. Ajir berguna sebagai rambatan atau pegangan agar tanaman dapat tumbuh tegak.Asa
c.       Pemilihan batang produksi
Pada tanaman misalnya cabai atau paprika, dipilih satu atau dua cabang produksi dan dibiarkan tumbuh sebagai batang utama.

d.      Pemangkasan
Daun-daun yang terdapat di antara ketiak daun dibuang setiap dua hari. Bila menanam timun, sulur-sulur yang tumbuh di bagian atas tanaman timun dipotong sekitar 2 cm dari titik tumbuh.
e.       Pemberantasan hama
Tanaman yang diserang hama, misalnya kutu daun dan ulat buah, disemprotkan dengan insektisida. Sesuai dosis yang diperlukan.
f.       Pemanenan
Pemanenan dilakukan dengan menggunakan gunting, cutter atau pemotong tajam lainnya. Pemanen dilakukan dengan memotong dan mengikutsertakan sebagian tangkai yang menempel pada kepala buah. Hal ini dilakukan karena media tanam yang digunakan bukan lah tanah, sehingga perlu berhati-hati agar kekuatan ikatan antara akar tanaman dan batang tanaman terhadap media tanam tetap stabil

1 komentar:

  1. siip....................... lanjutkan Petugas Pertanian Driyorejo

    BalasHapus