Hidroponik berasal dari kata
Hydro (air) dan Ponics (pengerjaaan), sehingga hidroponik bisa diartikan
bercocok tanam dengan media tanam air. Pada awalnya orang mulai menggunakan air
sebagai media tanam mencontoh tanaman air seperti kangkung, sehingga kita
mengenal tanaman hias yang ditanam dalam vas bunga atau botol berisi air.
Sejarah hidroponik dimulai pada 3 abad yang lalu, pada tahun 1669 di Inggris
sudah dilakukan pengujian tanaman hidroponik dalam laboratorium. Kemajuan yang
sangat berpengaruh terjadi pada tahun 1936, Dr. W.F. Gericke di California (AS)
berhasil menumbuhkan tomat setinggi 3 m dan berbuah lebat dalam bak berisi air
mineral. Pada tahun 1950 Jepang secara besar-besaran menyebarkan cara bercocok
tanam hidroponik untuk mensuplai sayuran bagi tentara pendudukan Amerika
Serikat. Dari sini hidroponik terus menyebar ke berbagai negara. Di Indonesia
hidroponik mulai dikembangkan pada sekitar tahun 1980.
Hidroponik adalah metode
penanaman tanaman tanpa menggunakan media tumbuh dari tanah. Secara harafiah
hidroponik berarti penanaman dalam air yang mengandung campuran hara. Dalam
praktiknya sekarang ini, hidroponik tidak terlepas dari penggunaan media tumbuh
lain yang bukan tanah sebagai penopang pertumbuhan tanaman.
Menurut Raffar (1993), sistem hidroponik
merupakan cara produksi tanaman yang sangat efektif. Sistem ini dikembangkan
berdasarkan alasan bahwa jika tanaman diberi kondisi pertumbuhan yang optimal,
maka potensi maksimum untuk berproduksi dapat tercapai. Hal ini berhubungan
dengan pertumbuhan sistem perakaran tanaman, di mana pertumbuhan perakaran
tanaman yang optimum akan menghasilkan pertumbuhan tunas atau bagian atas yang
sangat tinggi. Pada sistem hidroponik, larutan nutrisi yang diberikan
mengandung komposisi garam-garam organik yang berimbang untuk menumbuhkan
perakaran dengan kondisi lingkungan perakaran yang ideal.
Hidroponik, menurut Savage (1985), berdasarkan sistem irigasisnya
dikelompokkan menjadi: (1) Sistem terbuka dimana larutan hara tidak
digunakan kembali, misalnya pada hidroponik dengan penggunaan irigasi tetes drip
irrigation atau trickle irrigation, (2) Sistem tertutup,
dimana larutan hara dimanfaatkan kembali dengan cara resirkulasi. Sedangkan
berdasarkan penggunaan media atau substrat dapat dikelompokkan menjadi (1) Substrate
Sistem dan (2) Bare Root Sistem.
1. Substrate Sistem
Substrate sistem atau sistem substrat adalah
sistem hidroponik yang menggunakan media tanam untuk membantu pertumbuhan
tanaman. Sitem ini meliputi:
a. Sand Culture
Biasa juga disebut „Sandponics‟ adalah budidaya tanaman
dalam media pasir. Produksi budidaya tanaman tanpa tanah secara komersial
pertama kali dilakukan dengan menggunakan bedengan pasir yang dipasang pipa
irigasi tetes. Saat ini „Sand Culture’ dikembangan menjadi teknologi
yang lebih menarik, terutama di negara yang memiliki padang pasir. Teknologi
ini dibuat dengang membangun sistem drainase dilantai rumah kaca, kemudian
ditutup dengan pasir yang akhirnya menjadi media tanam yang permanen.
Selanjutnya tanaman ditanam langsung dipasir tanpa menggunakan wadah, dan
secara individual diberi irigasi tetes.
b. Gravel Culture
Gravel Culture adalah budidaya tanaman secara hidroponik
menggunakan gravel sebagai media pendukung sistem perakaran tanaman. Metode ini
sangat populer sebelum perang dunia ke 2. Kolam memanjang sebagai bedengan
diisi dengan batu gravel, secara periodik diisi dengan larutan hara yang dapat
digunakan kembali, atau menggunakan irigasi tetes. Tanaman ditanam di atas
gravel mendapatkan hara dari larutan yang diberikan. Walaupun saat ini sistem
ini masih digunakan, akan tetapi sudah mulai diganti dengan sistem yang lebih
murah dan lebih efisien.
c. Rockwool
Adalah nama komersial media
tanaman utama yang telah dikembangkan dalam sistem budidaya tanaman tanpa
tanah. Bahan ini besasal dari bahan batu Basalt yang bersifat Inert yang
dipanaskan sampai mencair, kemudian cairan tersebut di spin (diputar) seperti
membuat harum manis sehingga menjadi benang-benang yang kemudian dipadatkan
seperti kain "wool" yang terbuat dari "rock‟.
Rockwool biasanya dibungkus dengan plastik. Rockwool ini juga populer dalam
sistem Bag culture sebagai media tanam. Rockwool juga banyak dimanfaatkan untuk
produksi bibit tanaman sayuran dan dan tanaman hias.
d. Bag Culture
Bag culture adalah budidaya
tanaman tanpa tanah menggunakan kantong plastik (polybag) yang diisi dengan
media tanam. Berbagai media tanam dapat dipakai seperti : serbuk gergaji, kulit
kayu, vermikulit, perlit, dan arang sekam. Irigasi tetes biasanya diganakan
dalam sistem ini. Sistem bag culture ini disarankan digunakan bagi pemula dalam
mempelajari teknologi hidroponik, sebab sistem ini tidak beresiko tinggi dalam
budidaya tanaman.
2. Bare Root Sistem
Bare Root sistem atau sistem akar telanjang
adalah sistem hidroponik yang tidak menggunakan media tanam untuk membantu
pertumbuhan tanaman, meskipun block rockwool biasanya dipakai diawal
pertanaman. Sitem ini meliputi:
a. Deep Flowing Sistem
Deep Flowing Sistem adalah sistem hidroponik
tanpa media, berupa kolam atau kontainer yang panjang dan dangkal diisi dengan
larutan hara dan diberi aerasi. Pada sistem ini tanaman ditanam diatas panel
tray (flat tray) yang terbuat dari bahan sterofoam mengapung di atas
kolam dan perakaran berkembang di dalam larutan hara.
b. Teknologi Hidroponik Sistem Terapung (THST)
Teknologi Hidroponik Sistem Terapung adalah hasil modifikasi dari Deep
Flowing Sistem yang dikembangkan di Bagian Produksi Tanaman, Departemen
Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Perbedaan utama adalah
dalam THST tidak digunakan aerator, sehinga teknologi ini reltif lebih effisien
dalam penggunaan energi listrik. Pembahasan ditail dari THST disajikan dalam
sub bab Kultur Air.
c. Aeroponics
Aeroponics adalah sistem hidroponik tanpa media tanam, namun
menggunakan kabut larutan hara yang kaya oksigen dan disemprotkan pada zona
perakaran tanaman. Perakaran tanaman diletakkan menggantung di udara dalam
kondisi gelap, dan secara periodik disemprotkan larutan hara. Teknologi ini
memerlukan ketergantungan terhadap ketersediaan energi listrik yang lebih
besar.
d. Nutrient Film Tecnics (NFT)
Nutrient Film technics adalah sistem hidroponik tanpa media tanam.
Tanaman ditanam dalam sikrulasi hara tipis pada talang-talang yang memanjang.
Persemaian biasanya dilakukan di atas blok rockwool yang dibungkus plastik.
Sistem NFT pertama kali diperkenalkan oleh peneliti bernama Dr. Allen Cooper.
Sirkulasi larutan hara diperlukan dalam teknologi ini dalam periode waktu
tertentu. Hal ini dapat memisahkan komponen lingkungan perakaran yang ‘aqueous’
dan ‘gaseous’ yang dapat meningkatkan serapan hara tanaman.
e. Mixed Sistem
Mixed sistem adalah
teknologi hidroponik yang mennggabungkan aeroponics dandeep flow
technics.Bagian atas perakaran tanaman terbenam pada kabut hara yang
disemprotkan, sedangkan bagian bawah perakaran terendam dalam larutan hara.
Sistem inilebih aman dari pad aeroponics sebab bila terjadi listrik padam
tanaman masih bisa mendapatkan hara dari larutan hara di bawah area kabut.
2.2 Mengapa memilih hidroponik (WHY)
Alasan memilih
hidroponik tidak lain adalah karena keutamaan yang dimilikinya dibandingkan
dengan sistem konvensional. Beberapa keuntungan dengan menerapkan sistem
hidroponik adalah sebagai berikut:
1.
Dapat
dilakukan pada lahan dengan tanah yang kurang bahkan tidak produktif sekalipun,
karena media tumbuh tanaman tidak menggunakan tanah.
2.
Ramah lingkungan karena tidak menggunakan pestisida yang
merusak tanah.
3.
Dapat menghemat pemakaian pupuk.
4.
Tidak memerlukan banyak tenaga
kerja.
5.
Lebih hemat air karena tidak perlu
menyiramkan air setiap hari.
6.
Tidak membutuhkan lahan yang banyak,
media tanaman bisa dibuat secara bertingkat.
7.
Kebersihan
lebih mudah dijaga dan terhindar dari penyakit yang berasal dari tanah.
8.
Budidaya
tanaman dapat dilakukan tanpa tergantung kepada musim.
9.
Larutan
nutrisi tanaman dapat dipasok sesuai dengan tingkat kebutuhan tanaman.
10. Serangan hama
dan penyakit cenderung jarang dan lebih mudah dikendalikan.
11. Jika dilakukan
dengan benar dapat mengasilkan panen yang lebih berkualitas dengan kuantitas
yang lebih tinggi.
12. Dapat mengatur
waktu tanam dan jadwal panen sesuai dengan kebutuhan pasar atau permintaan
konsumen.
Selain
kelebihan-kelebihan yang diuraikan di atas, hidroponik juga memiliki beberapa
kekurangan diantaranya adalah:
1.
Biaya
awal yang mahal.
2.
Perlunya
keterampilan khusus agar hidroponik yang dilakukan berhasil, khususnya pada
pencampuran larutan nutrisi tanaman.
3.
Perawatan
yang cukup mahal.
4.
Menggunakan
terlalu banyak wadah tanam.
Berdasarkan
penjelasan di atas dapat menjadi pertimbangan bagi kita apakah layak untuk
melakukan hidroponik sebagai alternatif bercocok tanam selain cara
konvensional. Hidropnik merupakan jawaban atas permasalahan lahan, baik
penyempitan lahan maupun permasalahan lahan-lahan marginal yang belum dikelola
dengan baik.
2.3 Dimana melakukan hidroponik (WHERE)
Hidroponik menjawab permasalahan
terbatasnya lahan pertanian dan lahan yang kurang produktif. Dengan menerapkan
sistem hidroponik, bercocok tanam pada lahan yang tidak produktif pun dapat
dilakukan. Areal yang sempit pun bukan menjadi permasalahan karena hidroponik
dapat dilaksanakan di atas atap rumah sekalipun. Perbedaan mendasar antara
hidroponik dengan sistem tanam konvensional adalah tempat tanamnya, yang mana
hidroponik tidak ditanam di tanah melainkan menggunakan media inert, seperti:
arang sekam, serbuk kayu, kerikil, pasir, dll.
Hidroponik dilakukan dengan
menggunakan wadah tanam seperti: ember, polybag, gelas plastik dan untuk kasus
lain dapat menggunakan hidroponik kit yang ada di pasaran atau pun rakitan
sendiri. Sistem hidroponik sering diidentikkan dengan budidaya di dalam
greenhouse/rumah kaca. Dalam skala besar/komersial biasanya budidaya hidroponik
dilakukan di dalam greenhouse, hal ini bertujuan untuk memudahkan perawatan dan
pengontrolan iklim mikro di dalam greenhouse, serta melindungi dari terpaan
hujan/angin dan masuknya hama dari luar. Untuk
skala hobi/rumahan, tidak perlu membuat greenhouse untuk melakukan budidaya hidroponik.
Asal ada tempat yang cukup memadai, serta kebutuhan pertumbuhan tanaman bisa
tercukupi, sudah cukup untuk melakukan budidaya hidroponik sendiri di rumah.
Salah satu hal yang menarik dari
hidroponik adalah, budidaya hidroponik dapat dilakukan di “semua” tempat.
Hidroponik dapat dilakukan di luar maupun di dalam rumah, termasuk di dalam
ruangan tertutup. Hal yang perlu dilakukan yaitu kita harus memenuhi semua
kebutuhan pertumbuhan tanaman. Dalam ruang tertutup, kebutuhan tanaman akan
cahaya dapat diganti menggunakan lampu LED khusus untuk budidaya hidroponik.
2.4 Kapan melakukan hidroponik (WHEN)
Jika melakukan hidroponik, siklus
hidup tanaman yang dibudidayakan lebih cepat. Hal ini dikarenakan, nutrisi yang
diberikan pada tanaman sudah sesuai dengan kebutuhan tanaman secara optimal.
Sehingga memanen tanaman dapat dilakukan lebih cepat. Dengan hidroponik kita
tidak perlu lagi mempermasalahkan musim, karena budidaya hidroponik
memungkinkan untuk budidaya tanaman apapun, sekalipun bukan pada musimnya. Jadi
kita dapat menanam tanaman favorit kita kapan saja (khusus untuk budidaya dalam
greenhouse).
Kelebihan sistem hidroponik yang
dapat dilakukan kapan saja tanpa mengenal musim, membuat kita dapat mengatur
waktu tanam dan panen sesuai keinginan kita, bahkan kegiatan panen dapat
dilakukan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan pasar akan sayuran hidroponik.
Sehingga dengan hidroponik dapat dilakukan panen sepanjang tahun.
Faktor terpenting yang harus
dipenuhi dalam menunjang keberhasilan hidroponik adalah perawatan, terutama
pemberian air dan nutrisi tanaman. Dengan penjadwalan irigasi yang baik akan
dapat meningkatkan pula efisiensi penggunaan air tanaman. Pemberian nutrisi
yang teratur akan mencukupi kebutuhan hara tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh
dengan baik dan subur. Apanila faktor-faktor tersebut dapat dipenuhi dengan
baik, maka kegiatan hidroponik dapat berjalan dengan baik dan panen sepanjang
tahun yang diharapkan dapat diwujudkan.
2.5 Siapa pelaku hidroponik (WHO)
Hidroponik telah lama sekali
dilakukan, terbukti dengan adanya taman gantung di Babylonia. Istilah
hidroponik sendiri lahir sekitar tahun 1936, sebagai penghargaan yang diberikan
kepada DR. WF. Gericke, seorang agronomis dari Universitas California. DR. WF.
Gericke melakukan percobaan dan penelitian dengan menanam tomat di dalam bak
yang berisi mineral sehingga tomat tersebut mampu bertahan hidup dan dapat
tumbuh sampai ketinggian 300 cm juga memiliki buah yang lebat.
Penemuan besar
ini telah menjadi tren di abad 20, karena bercocok tanam dengan cara hidroponik
dapat dilakukan oleh siapa saja, termasuk ibu rumah tangga sekalipun yang gemar
bertanam tanaman hias. Jadi hidroponik secara tidak langsung dapat dilakukan
karena hobi. Hidroponik karena hobi dapat dilakukan di areal yang sempit
sekalipun seperti pekarangan rumah atau pun di dalam rumah. Biasanya tanaman
yang dibudidayakan menyesuaikan hobi orang yang melakukannya, seperti: tanaman
hias.
Dalam skala
besar hidroponik telah banyak dilakukan, khususnya untuk memenuhi kebutuhan
pasar. Hidroponik dalam skala besar dilakukan oleh petani/pengusaha hidroponik
di dalam greenhouse dengan menggunakan komoditas yang memiliki nilai di
pasaran. Sayuran dan buah-buahan yang hamper
setiap harinya dibutuhkan oleh masyarakat lah yang biasanya dikembangkan dalam
usaha hidroponik, seperti: sawi, selada, melon, bayam, tomat, pakcoy, paprika,
dll.
2.6 Bagaimana melakukan hidroponik (HOW)
Secara umum budidaya tanaman secara
hidroponik dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Persiapan
lahan
Perbedaan
sistem hidroponik dan konvensional adalah media tanam yang digunakan hidroponik
yaitu bukan tanah, sehingga dalam tahap persiapan lahan tidak perlu adanya
pengolahan lahan. Yang dilakukan dalam kegiatan penyiapan lahan adalah
menyiapkan tempat kegiatan hidroponik dilakukan, seperti membuat hidroponik kit
dan juga greenhouse. Dalam skala kecil dapat dilakukan di pekarangan rumah
saja.
2. Persiapan
wadah
Selanjutnya
yang perlu dilakukan adalah menyiapkan wadah tanam. Wadah tanam hidroponik
dapat menggunakan kantung plastik/polybag, gelas plastik, ember, dll. Wadah
tanam berfungsi sebagai tempat memasukkan media tanam yang digunakan sebagai
tempat tumbuhnya tanaman.
- Menyiapkan
media tanam
Media
tanam yang digunakan dalam hidroponik beragam, mulai dari limbah pertanian
sampai bahan pabrikan. Media tanam berfungsi sebagai pengganti tanah pada
sistem konvensional. Media tanam yang digunakan adalah bahan yang memiliki
kriteria sebagai berikut: mampu menyediakan dan menyimpan unsur hara, sehingga
kebutuhan air dan nutrisi tanaman dapat dipenuhi, mampu menjaga kelembaban dan
mempunyai drainase yang baik. Jenis media tanam yang biasa digunakan adalah:
arang sekam, serbuk kayu, kerikil, batu-bata, kapas, rockwool, pasir, dll.
- Penyemaian
Penyemaian
dilakukan setelah semua persiapan awal dilakukan, sehingga setelah penyemaian
berakhir proses penanaman dapat langsung dilakukan. Penyemaian
- Penanaman
bibit
Setelah
pekerjaan pengolahan tanah dan penyemaian bibit dilakukan, maka langkah
selanjutnya yang harus dilakukan adalah penanaman bibit. Penanaman bibit akan
dilakukan pada wadah tanam yang sudah di beri lubang-lubang tanam. Penanaman
bibit dilakukan setelah bibit dianggap cukup kuat untuk dipindahkan ke tempat
penanaman. Dalam pemindahan bibit ke tempat penanaman, akar tanaman di usahakan
tidak rusak. Hal ini bertujuan untuk menghindari kerusakan pada akar yang masih
muda. Hal yang perlu dilakukan untuk menghindari hal tersebut adalah bibit
harus dicabut atau diikuti sertakan dengan media tanamnya
Penanaman bibit
sebaiknya dilakukan pada sore hari yaitu pada waktu sinar matahari tidak lagi
begitu menyengat. Setelah selesai penanaman bibit, lahan sebaiknya
disiram dengan air secukupnya. Biasanya bibit yang baru saja di tanam akan
memperlihatkan layu sementara, hal ini akan berlansung selama 2 atau 3 hari.
Tetapi hal ini merupakan hal yang biasanya terjadi dan hal ini tidak akan
membahayakan pertumbuhan tanaman. Kecuali, jika bibit layu karena faktor
kerusakan akar atau batangnya.
- Pemberian
larutan nutrisi
Nutrisi
atau unsur hara merupakan salah satu factor penting yang menunjang keberhasilan
suatu sistem hidroponik yang dilakukan. Adapun unsur hara bagi tanaman
dikelompokkan menjadi unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur makro
merupakan unsur yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar dan mutlak harus
ada. Sejumlah unsur hara makro yang dibutuhkan tanaman adalah N, P, K, Mg dan
S. Sedangkan unsur hara mikro adalah unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam
jumlah sedikit. Sejumlah unsur hara mikro yang dibutuhkan tanaman adalah Fe,
Mn, Zn, Cu, B, Mo dan Cl. Kedua jenis unsur tersebut saling mendukung dan
dibutuhkan oleh tanaman. Ketika salah satu unsur tidak ada, makan unsur yang
dibutuhkan tanaman menjadi tidak lengkap.
Keuntungan
sistem hidroponik adalah pemberian larutan nutrisi tanaman dapat dilakukan
secara bersamaan dengan irigasi. Karena pada umumnya larutan yang ada di
pasaran dalam penggunaanya telah dirancang agar diencerkan terlebih dahulu
sebelum digunakan. Pencampuran larutan nutrisi ini memerlukan keterampilan
khusus agar tanaman dapat tumbuh dengan baik.
- Pemeliharaan
Hidroponik memerlukan perawatan yang
cermat. Beberapa langkah pemeliharaan tanaman hidroponik adalah sebagai berikut
:
a.
Penyiraman
penyiraman air dan larutan nutrisi
dilakukan 5-8 kali setiap hari. Penyiraman biasa dilakukan dengan menggunakan
timer, sehingga tidak memerlukan tenaga ekstra dalam pengerjaannya.
b.
Pengikatan atau pengajiran
Tanaman yang telah berumur 1 minggu
perlu diberi ajir. Ajir berguna sebagai rambatan atau pegangan agar tanaman
dapat tumbuh tegak.Asa
c.
Pemilihan batang produksi
Pada tanaman misalnya cabai atau
paprika, dipilih satu atau dua cabang produksi dan dibiarkan tumbuh sebagai
batang utama.
d.
Pemangkasan
Daun-daun yang terdapat di antara
ketiak daun dibuang setiap dua hari. Bila menanam timun, sulur-sulur yang
tumbuh di bagian atas tanaman timun dipotong sekitar 2 cm dari titik tumbuh.
e.
Pemberantasan hama
Tanaman yang diserang hama, misalnya
kutu daun dan ulat buah, disemprotkan dengan insektisida. Sesuai dosis yang
diperlukan.
f.
Pemanenan
Pemanenan dilakukan dengan menggunakan gunting,
cutter atau pemotong tajam lainnya. Pemanen dilakukan dengan memotong dan
mengikutsertakan sebagian tangkai yang menempel pada kepala buah. Hal ini
dilakukan karena media tanam yang digunakan bukan lah tanah, sehingga perlu
berhati-hati agar kekuatan ikatan antara akar tanaman dan batang tanaman
terhadap media tanam tetap stabil