Senin, 22 April 2013

HAMA & PENYAKIT PADI DI MUSIM HUJAN

Tanaman padi merupakan tanaman pokok untuk keperluan hidup, namun ia harus menghadapi berbagai tantangan dan kendala.baik berupa fisik, sosial/ekonomi dan biologis yang mengancam keberhasilan produksinya1. Salah satu yang menyebabkan petani gagal panen adalah kendala biologis yag sangat penting ialah adanya berbagai spesies organisme, yang biasanya disebut organisme pengganggu tumbuhan (OPT) yang menyerang tanaman budidaya tersebut sehingga dapat mengakibatkan penurunan kualitas dan kuantitas produksi , atau bahkan meengalami gagal panen2. Dalam mengatisipasi terjadinya ledakan OPT maka perlu dilakukan pengamatam rutin, peramalan dan cara-cara pengendalian yang sesuai dengan konsep PHT 3.
Namun, sering kali para petani mengalami gagal panen hal ini disebabkan karena adanya penyakit dan hama yang menyerang tanaman padi. Oleh karena itu, kami mengangkat masalah ini agar dapat mengetahui dampak-dampak dan faktor-faktor petani gagal panen.Jenis-jenis penyakit di antara lainnya adalah:
1.      Hawar Daun Bakteri (HDB) merupakan penyakit kresek yang pada umumnya dikenal oleh masyarakat. Penyakit telah berkembang pada musim hujan maupun musim kemarau yang basah.
2.      Tungro merupakan pertumbuhan tanaman yang terhambat, kerdil dan jumlah anakan berkurang.
3.      Blas merupakan penyakit busuk leher (Blas leher malai).
4.      Penggerek Batang Padi (PBP) merupakan hama yang sangat penting pada padi dan sering menimbulkan kerusakan yang menurunkan hasil secara nyat.
5.      Wereng Batang Coklat (WBC) muncul menjadi hama penting di Indonesia akibat penggunaan Insektisida secara berlebihan.
      Hawar Daun Bakteri (HDB)
Dikenal juga dengan sebutan Kresek :
Nama Lain       :  Hawar Daun Bakteri ( HDB) / Bacterial Leaf Blight ( BLB)
Penyebab         :  Bakteri Xanthomonas orizae
Fase serangan   :  Vegetatif dan Generatif
Penyebaran      :   Melalui Benih ,air, gesekan antar tanam
Bagian Tanaman yang diserang terutama pada titik tumbuh dan daun bendera . Kerusakan terberat terjadi apabila penyakit menyerang tanaman muda yang peka sehingga menimbulkan gejala kresek, dapat menyebabkan tanaman mati. Penyakit dapat terjadi pada semua stadia tanaman . Namun yang paling umum ialah terjadi pada saat tanaman mulai mencapai anakan maksimum sampai fase berbunga. Pada stadia bibit, gejala penyakit disebut kresek, sedang pada stadia tanaman yang lebih lanjut, gejala disebut hawar (blight). Gejala diawali dengan bercak kelabu (water soaked) umumnya di bagian pinggir daun. Pada varietas yang rentan bercak berkembang terus, dan akhirnya membentuk hawar. Pada keadaan yang parah, pertanaman terlihat kering seperti terbakar.
Pengendalian    : Menggunakanbahan yang efektif dan tepat waktu saat masa penetrasi penyakit ke dalam tanaman. Dianjurkan pengendalian pada saat treatment (perlakuan benih), tanaman umur 14, 28, 42 hari setelah tanam ( HST).
 

Tungro
Penyebab         :   Virus Tungro
Vektor             :   Wereng Hijau
Fase serangan   :   Vegetatif dan Generatif
Penyebaran      :   Melalui vector yang sudah terinveksi virus
 
Serangan penyakit ini mengakibatkan tanaman menjadi kerdil dan berkurangnya jumlah anakan. Pelepah dan helaian daun memendek dan daun yang terserang berwarna kuning sampai oranye. Daun muda sering berlurik atau strip berwarna hijau pucat sampai putih dengan panjang berbeda sejajar dengan tulang daun. Gejala mulai dari ujung daun yang lebih tua. Daun menguning berkurang bila daun yang lebih tua terinfeksi.
Bila serangan terjadi pada saat tanaman masih muda, sekitar umur 10-20 hari, akan menyebabkan kehilangan hasil sedikitnya 65%. Sedangkan untuk serangan saat tanaman berada pada fase akhir, kehilangan hasil tidak terlalu besar, yaitu sekitar 10-20%.
Pengendaliannya dengan cara memberantas berbagai jenis rumput liar yang merupakan sumber infeksi bagi penyakit ini, rotasi tanaman dengan palawija, menanam varietas yang tahan tungro, pembajakan di bawah sisa tunggul yang terinfeksi, cabut dan bakar tanaman yang sakit, dan tanam dengan menggunakan sistem tabela atau SRI.
 
Blas
Nama Lain       :  Leaf Blast ( blas daun), Neck Blast (Blas leher), patah / potong leher
Penyebab         :  Jamur Pyrycularia oryzae
Fase serangan   :  Vegetatif dan Generatif
Penyebaran      :   Melalui Benih dan angin
 
Penyebab penyakit dapat menginfeksi tanaman pada  semua stadium tumbuh dan menyebabkan tanaman puso. Pada tanaman stadium vegetatif biasanya menginfeksi bagian daun, disebut blas daun (leaf blast). Pada stadium generatif selain menginfeksi daun juga menginfeksi leher malai disebut blas leher (neck blast).
Gejala penyakit blas dapat timbul pada daun, batang, malai, dan gabah, tetapi yang umum adalah pada daun dan pada leher malai. Gejala pada daun berupa bercak-bercak berbentuk seperti belah ketupat dengan ujung runcing. Pusat bercak berwarna kelabu atau keputih-putihan dan biasanya memmpunyai tepi coklat atau coklat kemerahan. Gejala penyakit blas yang khas adalah busuknya ujung tangkai malai yang disebut busuk leher (neck rot). Tangkai malai yang busuk mudah patah dan menyebabkan gabah hampa. Pada gabah yang sakit terdapat bercak-bercak kecil yang bulat.
Tingkat keparahan penyakit blas sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Kelebihan nitrogen dan kekurangan air menambah kerentanan tanaman. Diduga bahwa kedua faktor tersebut menyebabkan kadar silikon tanaman rendah. Kandungan silikon dalam jaringan tanaman menentukan ketebalan dan kekerasan dinding sel sehingga mempengaruhi terjadinya penetrasi patogen kedalam jaringan tanaman. Tanaman padi yang berkadar silikon rendah akan lebih rentan terhadap infeksi patogen. Pupuk nitrogen berkorelasi positif terhadap keparahan penyakit blas. Artinya makin tinggi pupuk nitrogen keparahan penyakit makin tinggi.
Pengendalian : Menggunakan bahan yang efektif dan tepat waktu saat masa penetrasi ke dalam tanaman , dianjurkan pengendalian pada saat tanaman umur 15 , 30, 45 dan 65 hari.
 
Penggerek Batang Padi (PBP)
Nama Lain       :  Beluk / Sundep
Penyebab         :  penggerek batang padi kuning (Scirpophaga incertulas), Penggerk batang padi bergaris (Chilo supressalis), penggerek batang padi merah jambu (Sesamia inferens). 
Fase serangan   :  Vegetatif dan Generatif
Terdapat empat spesies penggerek batang padi, yaitu penggerek batang padi kuning (Scirpophaga incertulas), penggerek batang padi putih (Scirpophaga innotata), Penggerk batang padi bergaris (Chilo supressalis) dan penggerek batang padi merah jambu (Sesamia inferens).  Tiga jenis pertama tergolong dalam family Pyralidae dan yang terakhir Family Noctuidae yang semuanya termasuk ordo Lepidoptera. Ke empat jenis penggerk batang ini mempunyai cara hidup hampir sama dan gejala kerusakan yang ditimbulkan juga persis sama.
Keempat jenis penggerek batang padi menimbulkan gejala kerusakan yang sama karena cara hidupnya sama. Liang gerek yang dibuat larva dapat memutuskan perjalanan air dan unsur hara dari akar sehingga melemahkan tanaman padi. Kerusakan yang timbul tergantung pada fase pertumbuhan tanaman.
Serangan pada fase Vegetatif maka daun tengah atau pucuk tanaman mati karena titik tumbuhnya di makan. Pucukyang mati akan berwarna coklat dan mudah dicabut. Gejala ini disebut SUNDEP.
Kalau serangan terjadi pada fase Generatip, maka malai akan mati karena pangkalnya dikerat oleh larva. Malai yang mati akan tetap tegak, berwarna abu-abu putih dan bulirnya hampa. Malai ini mudah dicabut dan pada pangkalnya terdapat bekas gigitan larva. Gejala serangan pada tahap ini disebut BELUK
Pengendalian
Kultur Teknis

  • Menanan varietas yang cepat dewasa. pada varietas ini perkembangbiakan penggerk batang tidak akan lebih dari satu generasi, sehingga populasi tidak terlalu tinggi dan kerusakan akan berkurang
  • Menanan serempak, selisih waktu tanam jangan melewati 3-4 minggu.
  • Membuang tunggul jerami segera setelah panen dengan cara membenamkannya pada waktu pengolahan tanah, atau memotong tungul padi persis dipermukaan tanah, cara ini dapat membunuh larva dan pupa penggerek batang yang bertahan di tunggul tersebut.
  • Menghindari kelebihan penggunaan pupuk N dan membagi waktu pemberiannya.
  • Membuang bibit padi yang mengandung telur penggerk batang sebelum penanaman
Pengendalian Hayati
       Terdapat beberapa musuh alami yanga dapat menekan populasi penggerk batang. Tabuhan Family Trichogrrammatidae, Scelionidae dan Eulophidae yang dapat bertindak sebagai parasitoid
 
Wereng Batang Coklat (WBC)
Nama Lain       :  Wereng coklat
Penyebab         :  Nilaparvata lugens Stal.
Fase serangan   :  Vegetatif dan Generatif
 
Wereng coklat (Nilaparvata lugens) sampai saat ini masih dianggap sebagai hama utama pada pertanaman padi karena kerusakan yang diakibatkan cukup luas dan hampir terjadi pada setiap musim pertanaman.
Penggunaan pestisida yang melanggar kaidah-kaidah PHT (tepat jenis, tepat dosis dan tepat waktu aplikasi) turut memicu ledakan wereng coklat. Hal ini juga merupakan konsekuensi dari penerapan sistem intensifikasi padi (varietas unggul, pemupukan N dosis tinggi, penerapan IP >200 dan sebagainya). Tergantung pada tingkat kerusakan, serangan wereng coklat dapat meningkatkan kerugian hasil padi dari hanya beberapa kuintal gabah sampai puso.
Teknologi pengendalian hama menggunakan ambang ekonomi
berdasar musuh alami
Pengendalian wereng coklat menggunakan ambang kendali berda­sar musuh alami dapat digunakan pada semua daerah serangan hama.  Pekerjaan yang mesti dilakukan sebagai berikut:

  1. Pengamatan wereng coklat dilakukan  seminggu sekali atau paling lambat 2 minggu sekali
  2. Amati pada 20 rumpun arah diagonal, pada hamparan 5 ha dengan .(varietas sama dan umur yang sama diambil 2 contoh masing-masing 20 rumpun.
  3. Hitung jumlah wereng (wereng coklat +  wereng punggung putih) dan musuh alami (laba-laba Ophione nigrofasciata, Paederus fuscifes, Coccinella, dan kepik Cyrtorhinus lividipennis.
  4. Gunakan formula Baehaki  dibawah ini
Di = Ai - (5Bi+Ci)  ekor/rumpun
              20
Ai: Populasi wereng (wereng coklat + wereng punggung putih} pada 20 rumpun pada minggu ke-i.
Bi:  Populasi predator Laba-laba + Ophionea nigrfasciata + Paederus fuscifes Coccinella pada 20 rumpun pada minggu ke-i
Ci: Populasi Cyrtorhinus lividipennis pada 20 rumpun
Di: Wereng coklat terkoreksi per rumpun
Aplikasi insektisida
Jika dan hanya jika nilai Di > 5 ekor wereng coklat terkorek­si/rumpun pada padi berumur <40 hst atau nilai  Di >20 ekor wereng coklat terkoreksi/rumpun pada padi berumur > 40hst perlu diapli­kasi dengan insektisida  yang direkomendasikan.
Jika dan hanya jika nilai Di < 5 ekor wereng coklat terkorek­si/rumpun pada padi berumur <40 hst atau nilai Di <20 ekor wereng coklat terkoreksi/rumpun pada padi berumur > 40hst tidak perlu diaplikasi dengan insektisida, tetapi teruskan amati pada minggu berikutnya.
Pada ambang kendali berdasarkan musuh alami terabaikan perhitungannya sama dengan di atas.  Perbedaannya yaitu jika nilai Di > 5 ekor wereng coklat terkoreksi/rumpun pada padi beru­mur <40 hst atau nilai Di >20 ekor wereng coklat terkoreksi/rumpun pada padi berumur > 40hst tidak perlu diaplikasi dengan insekti­sida dan dibiarkan sampai pengamatan minggu berikutnya.  Apabila hasil analisis minggu berikutnya menunjukkan nilai Di lebih besar dari nilai Di minggu yang lalu, maka perlu dikemdalikan dengan insektisida tersebut di atas.  Apabila hasil analisis minggu berikutnya menunjukkan nilai  Di lebih kecil atau sama dengan nilai Di minggu yang lalu, maka tidak perlu diaplikasi dan amati lagi pada minggu selanjutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar