Tanaman padi merupakan tanaman
pokok untuk keperluan hidup, namun ia harus menghadapi berbagai tantangan dan
kendala.baik berupa fisik, sosial/ekonomi dan biologis yang mengancam
keberhasilan produksinya1. Salah satu yang menyebabkan petani gagal panen
adalah kendala biologis yag sangat penting ialah adanya berbagai spesies
organisme, yang biasanya disebut organisme pengganggu tumbuhan (OPT) yang
menyerang tanaman budidaya tersebut sehingga dapat mengakibatkan penurunan
kualitas dan kuantitas produksi , atau bahkan meengalami gagal panen2. Dalam
mengatisipasi terjadinya ledakan OPT maka perlu dilakukan pengamatam rutin,
peramalan dan cara-cara pengendalian yang sesuai dengan konsep PHT 3.
Namun, sering kali para petani mengalami gagal
panen hal ini disebabkan karena adanya penyakit dan hama yang menyerang tanaman
padi. Oleh karena itu, kami mengangkat masalah ini agar dapat mengetahui
dampak-dampak dan faktor-faktor petani gagal panen.Jenis-jenis penyakit di
antara lainnya adalah:
1.
Hawar Daun Bakteri (HDB) merupakan penyakit kresek yang
pada umumnya dikenal oleh masyarakat. Penyakit telah berkembang pada musim
hujan maupun musim kemarau yang basah.
2.
Tungro merupakan pertumbuhan tanaman yang terhambat,
kerdil dan jumlah anakan berkurang.
3.
Blas merupakan penyakit busuk leher (Blas leher malai).
4.
Penggerek Batang Padi (PBP) merupakan hama yang sangat
penting pada padi dan sering menimbulkan kerusakan yang menurunkan hasil secara
nyat.
5.
Wereng Batang Coklat (WBC) muncul menjadi hama penting
di Indonesia akibat penggunaan Insektisida secara berlebihan.
Dikenal juga dengan sebutan Kresek :
Nama Lain :
Hawar Daun Bakteri ( HDB) / Bacterial Leaf Blight ( BLB)
Penyebab :
Bakteri Xanthomonas orizae
Fase serangan :
Vegetatif dan Generatif
Penyebaran :
Melalui Benih ,air, gesekan antar tanam
Bagian Tanaman yang diserang terutama pada titik
tumbuh dan daun bendera . Kerusakan terberat terjadi apabila penyakit menyerang
tanaman muda yang peka sehingga menimbulkan gejala kresek, dapat menyebabkan
tanaman mati. Penyakit dapat terjadi pada semua stadia tanaman . Namun yang
paling umum ialah terjadi pada saat tanaman mulai mencapai anakan maksimum
sampai fase berbunga. Pada stadia bibit, gejala penyakit disebut kresek, sedang
pada stadia tanaman yang lebih lanjut, gejala disebut hawar (blight).
Gejala diawali dengan bercak kelabu (water soaked) umumnya di bagian
pinggir daun. Pada varietas yang rentan bercak berkembang terus, dan akhirnya
membentuk hawar. Pada keadaan yang parah, pertanaman terlihat kering seperti
terbakar.
Pengendalian :
Menggunakanbahan yang efektif dan tepat waktu saat masa penetrasi penyakit ke
dalam tanaman. Dianjurkan pengendalian pada saat treatment (perlakuan benih),
tanaman umur 14, 28, 42 hari setelah tanam ( HST).
Tungro
Penyebab :
Virus Tungro
Vektor :
Wereng Hijau
Fase serangan :
Vegetatif dan Generatif
Penyebaran : Melalui
vector yang sudah terinveksi virus
Serangan
penyakit ini mengakibatkan tanaman menjadi kerdil dan berkurangnya jumlah
anakan. Pelepah dan helaian daun memendek dan daun yang terserang berwarna
kuning sampai oranye. Daun muda sering berlurik atau strip berwarna hijau pucat
sampai putih dengan panjang berbeda sejajar dengan tulang daun. Gejala mulai
dari ujung daun yang lebih tua. Daun menguning berkurang bila daun yang lebih
tua terinfeksi.
Bila
serangan terjadi pada saat tanaman masih muda, sekitar umur 10-20 hari, akan
menyebabkan kehilangan hasil sedikitnya 65%. Sedangkan untuk serangan saat
tanaman berada pada fase akhir, kehilangan hasil tidak terlalu besar, yaitu sekitar
10-20%.
Pengendaliannya
dengan cara memberantas berbagai jenis rumput liar yang merupakan sumber
infeksi bagi penyakit ini, rotasi tanaman dengan palawija, menanam varietas
yang tahan tungro, pembajakan di bawah sisa tunggul yang terinfeksi, cabut dan
bakar tanaman yang sakit, dan tanam dengan menggunakan sistem tabela atau SRI.
Blas
Nama Lain :
Leaf Blast ( blas daun), Neck Blast (Blas leher), patah / potong leher
Penyebab :
Jamur Pyrycularia oryzae
Fase serangan :
Vegetatif dan Generatif
Penyebaran :
Melalui Benih dan angin
Penyebab
penyakit dapat menginfeksi tanaman pada semua stadium tumbuh dan
menyebabkan tanaman puso. Pada tanaman stadium vegetatif biasanya menginfeksi
bagian daun, disebut blas daun (leaf blast). Pada stadium generatif selain
menginfeksi daun juga menginfeksi leher malai disebut blas leher (neck
blast).
Gejala penyakit
blas dapat timbul pada daun, batang, malai, dan gabah, tetapi yang umum adalah
pada daun dan pada leher malai. Gejala pada daun berupa bercak-bercak berbentuk
seperti belah ketupat dengan ujung runcing. Pusat bercak berwarna kelabu atau
keputih-putihan dan biasanya memmpunyai tepi coklat atau coklat kemerahan.
Gejala penyakit blas yang khas adalah busuknya ujung tangkai malai yang disebut
busuk leher (neck rot). Tangkai malai yang busuk mudah patah dan
menyebabkan gabah hampa. Pada gabah yang sakit terdapat bercak-bercak kecil
yang bulat.
Tingkat keparahan penyakit blas sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Kelebihan nitrogen dan kekurangan air menambah kerentanan tanaman. Diduga bahwa
kedua faktor tersebut menyebabkan kadar silikon tanaman rendah. Kandungan
silikon dalam jaringan tanaman menentukan ketebalan dan kekerasan dinding sel
sehingga mempengaruhi terjadinya penetrasi patogen kedalam jaringan tanaman.
Tanaman padi yang berkadar silikon rendah akan lebih rentan terhadap infeksi
patogen. Pupuk nitrogen berkorelasi positif terhadap keparahan penyakit blas.
Artinya makin tinggi pupuk nitrogen keparahan penyakit makin tinggi.
Pengendalian : Menggunakan bahan yang efektif dan tepat waktu saat masa
penetrasi ke dalam tanaman , dianjurkan pengendalian pada saat tanaman umur 15
, 30, 45 dan 65 hari.
Penggerek Batang Padi (PBP)
Nama Lain :
Beluk / Sundep
Penyebab :
penggerek batang padi kuning (Scirpophaga incertulas), Penggerk
batang padi bergaris (Chilo supressalis), penggerek batang padi merah
jambu (Sesamia inferens).
Fase serangan :
Vegetatif dan Generatif
Terdapat empat spesies penggerek batang padi, yaitu penggerek batang padi
kuning (Scirpophaga incertulas), penggerek batang padi putih (Scirpophaga
innotata), Penggerk batang padi bergaris (Chilo supressalis) dan
penggerek batang padi merah jambu (Sesamia inferens). Tiga jenis
pertama tergolong dalam family Pyralidae dan yang terakhir Family Noctuidae yang
semuanya termasuk ordo Lepidoptera. Ke empat jenis penggerk batang
ini mempunyai cara hidup hampir sama dan gejala kerusakan yang ditimbulkan juga
persis sama.
Keempat jenis penggerek batang padi
menimbulkan gejala kerusakan yang sama karena cara hidupnya sama. Liang gerek
yang dibuat larva dapat memutuskan perjalanan air dan unsur hara dari akar
sehingga melemahkan tanaman padi. Kerusakan yang timbul tergantung pada fase
pertumbuhan tanaman.
Serangan pada fase Vegetatif
maka daun tengah atau pucuk tanaman mati karena titik tumbuhnya di makan.
Pucukyang mati akan berwarna coklat dan mudah dicabut. Gejala ini disebut SUNDEP.
Kalau serangan terjadi pada
fase Generatip, maka malai akan mati karena pangkalnya dikerat oleh
larva. Malai yang mati akan tetap tegak, berwarna abu-abu putih dan bulirnya
hampa. Malai ini mudah dicabut dan pada pangkalnya terdapat bekas gigitan
larva. Gejala serangan pada tahap ini disebut BELUK
Pengendalian
Kultur Teknis
- Menanan varietas yang cepat dewasa. pada varietas ini perkembangbiakan penggerk batang tidak akan lebih dari satu generasi, sehingga populasi tidak terlalu tinggi dan kerusakan akan berkurang
- Menanan serempak, selisih waktu tanam jangan melewati 3-4 minggu.
- Membuang tunggul jerami segera setelah panen dengan cara membenamkannya pada waktu pengolahan tanah, atau memotong tungul padi persis dipermukaan tanah, cara ini dapat membunuh larva dan pupa penggerek batang yang bertahan di tunggul tersebut.
- Menghindari kelebihan penggunaan pupuk N dan membagi waktu pemberiannya.
- Membuang bibit padi yang mengandung telur penggerk batang sebelum penanaman
Pengendalian
Hayati
Terdapat beberapa musuh
alami yanga dapat menekan populasi penggerk batang. Tabuhan Family Trichogrrammatidae,
Scelionidae dan Eulophidae yang dapat bertindak sebagai parasitoid
Wereng Batang Coklat (WBC)
Nama Lain : Wereng
coklat
Penyebab :
Nilaparvata lugens Stal.
Fase serangan :
Vegetatif dan Generatif
Wereng coklat (Nilaparvata lugens) sampai saat ini
masih dianggap sebagai hama utama pada pertanaman padi karena
kerusakan yang diakibatkan cukup luas dan hampir terjadi pada setiap musim
pertanaman.
Penggunaan pestisida yang melanggar kaidah-kaidah PHT (tepat jenis, tepat
dosis dan tepat waktu aplikasi) turut memicu ledakan wereng coklat.
Hal ini juga merupakan konsekuensi dari penerapan sistem intensifikasi padi
(varietas unggul, pemupukan N dosis tinggi, penerapan IP >200 dan
sebagainya). Tergantung pada tingkat kerusakan, serangan wereng coklat
dapat meningkatkan kerugian hasil padi dari hanya beberapa kuintal gabah sampai
puso.
Teknologi
pengendalian hama menggunakan ambang ekonomi
berdasar
musuh alami
Pengendalian
wereng coklat menggunakan ambang kendali berdasar musuh alami dapat digunakan
pada semua daerah serangan hama. Pekerjaan yang mesti dilakukan sebagai
berikut:
- Pengamatan wereng coklat dilakukan seminggu sekali atau paling lambat 2 minggu sekali
- Amati pada 20 rumpun arah diagonal, pada hamparan 5 ha dengan .(varietas sama dan umur yang sama diambil 2 contoh masing-masing 20 rumpun.
- Hitung jumlah wereng (wereng coklat + wereng punggung putih) dan musuh alami (laba-laba Ophione nigrofasciata, Paederus fuscifes, Coccinella, dan kepik Cyrtorhinus lividipennis.
- Gunakan formula Baehaki dibawah ini
Di = Ai - (5Bi+Ci) ekor/rumpun
20
Ai:
Populasi wereng (wereng coklat + wereng punggung putih} pada 20 rumpun pada
minggu ke-i.
Bi:
Populasi predator Laba-laba + Ophionea nigrfasciata + Paederus
fuscifes Coccinella pada 20 rumpun pada minggu ke-i
Ci:
Populasi Cyrtorhinus lividipennis pada 20 rumpun
Di:
Wereng coklat terkoreksi per rumpun
Aplikasi insektisida
Jika
dan hanya jika nilai Di > 5 ekor wereng coklat terkoreksi/rumpun
pada padi berumur <40 hst atau nilai Di >20 ekor wereng
coklat terkoreksi/rumpun pada padi berumur > 40hst perlu diaplikasi dengan
insektisida yang direkomendasikan.
Jika
dan hanya jika nilai Di < 5 ekor wereng coklat terkoreksi/rumpun
pada padi berumur <40 hst atau nilai Di <20 ekor wereng coklat
terkoreksi/rumpun pada padi berumur > 40hst tidak perlu diaplikasi dengan
insektisida, tetapi teruskan amati pada minggu berikutnya.
Pada
ambang kendali berdasarkan musuh alami terabaikan perhitungannya sama dengan di
atas. Perbedaannya yaitu jika nilai Di > 5 ekor wereng
coklat terkoreksi/rumpun pada padi berumur <40 hst atau nilai Di
>20 ekor wereng coklat terkoreksi/rumpun pada padi berumur > 40hst tidak
perlu diaplikasi dengan insektisida dan dibiarkan sampai pengamatan minggu
berikutnya. Apabila hasil analisis minggu berikutnya menunjukkan nilai Di
lebih besar dari nilai Di minggu yang lalu, maka perlu dikemdalikan
dengan insektisida tersebut di atas. Apabila hasil analisis minggu
berikutnya menunjukkan nilai Di lebih kecil atau sama dengan
nilai Di minggu yang lalu, maka tidak perlu diaplikasi dan amati
lagi pada minggu selanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar