Senin, 21 Desember 2015

SISTEM PADI GORA DI DAERAH TADAH HUJAN

Selain ditanam pada lahan sawah, tanaman padi juga bisa dibudidayakan pada lahan kering dan lahan tadah hujan atau sering kita sebut dengan budidaya padi gogo rancah (gora). Pada sistem budidaya padi gogo rancah seolah-olah kita anggap tanaman padi seperti tanaman palawija. Sehingga kebutuhan air dalam sistem ini sangatlah minim. Sistem budidaya padi gora biasanya dilakukan pada tanah-tanah yang kering atau tanah tadah hujan. Kelebihan sistem tanam gora dibanding sistem sawah diantaranya adalah penghematan tenaga kerja tanam, penghematan tenaga kerja pemeliharaan dan tentunya lebih menghemat waktu. Adapun kendala budidaya padi gora adalah ketersediaan air karena intensitas curah hujan yang tak menentu.

Penyiapan lahan: Tanah diolah pada kondisi kering sebelum musim hujan, untuk peningkatan produktivitas tanah perlu diberi bahan organik (pupuk hijau, pupuk kandang, kompos) sebanyak 5-10 t/ha, pengolahan tanah dapat dilakukan secara olah tanah sempurna (OTS), olah tanah minimum (OTM), dan atau tanpa olah tanah (TOT).
Penggunaan pupuk merupakan salah satu program intensifikasi pertanian. Beberapa teknlogi pemupukan dilakukan sebagai usaha peningkatan produksi baik melalui pupuk anorganik maupun pupuk organik seperti pupuk kandang. Di sisi lain, penggunaan pupuk N yang berlebihan dapat menimbulkan cemaran nitrat dalam  di kawasan pertanian yang berdampak negatif bagi kesehatan manusia. Penelitian residu nitrat pada beberapa teknologi pengelolaan pupuk telah dilakukan di KP  Balingtan Jakenan pada lahan padi gogo rancah dan meningkatkan hasil padi gogo rancah.


Pada area ini tidak banyak yang bisa dilakukan kecuali berladang (palawija) dengan ketergantungan pada curah hujan. Curah hujan per tahun berada pada level yang rendah. Area ini memiliki banyak sumber air dalam, dimana sampai saat ini masih belum bisa dimanfaatkan. Di beberapa tempat, dapat dijumpai sawah dengan jenis padi khusus (padi Gogo Rancah), ditanam pada media tanah yang sengaja diurugkan di atas batuan kapur.
Penanaman: waktu tanam secara tepat dengan memperhitungkan hujan karena akan menentukan keberhasilan padi gogo, penanaman dilakukan dengan cara tugal (4-5 biji/lubang), benih yang dibutuhkan adalah 40 - 60 kg/ha untuk monokultur, Jarak tanam 20 x 20 cm atau 25 x 25 cm pada lokasi baru yang banyak terdapat ulat grayak, uret, dan lalat bibit, benih perlu dicampur dengan insektisida butiran Furadan atau Dharmafur dengan takaran 2 kg/20 kg benih, penanaman padi gora dapat dilakukan bersama tanaman lain.

Panen: Dilakukan sebaiknya pada fase masak panen dengan ciri bila 90% gabah sudah menguning, panen pada fase masak lewat panen, yaitu saat jerami mulai mengering, pangkal malai mulai patah, dapat mengakibatkan banyak gabah rontok saat panen, sebaiknya panen dilakukan dengan sabit bergerigi dan perontokan dengan pedal tresher, perontokan dengan memukul-mukul batang padi pada papan sebaiknya dihindari, karena menyebabkan kehilangan hasil yang cukup besar sampai 3,4%. 
(sumber : http://balingtan.litbang.pertanian.go.id ).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar