Sejumlah petani di Kecamatan Driyorejo, Kabupaten Gresik Jawa Timur, mulai menanam kangkung (Ipomoea Reptans) sejak awal bulan Mei. Sudah menjadi kebiasaan jika musim walik dami atau musim tanam (MT II) setelah tanam padi pertama, petani di Desa Banjaran dan sekitarnya selalu menanam kangkung bukan untuk sayur melainkan dijual benih.
Hal ini bukan tanpa alasan, karena lahan di sebagian besar wilayah kecamatan Driyorejo adalah lahan tadah hujan, sehingga untuk musim tanam ke II banyak petani yang mengalihkan tanam dari komoditas padi ke komoditas yang lain, semisal tanaman jagung, kangkung, cabai dan lain-lain.
Menurut Juma’iyah, salah satu anggota Kelompok Tani (Poktan) Banjarsari di Desa Banjaran Kecamatan Driyorejo, mengapa para petani bertanam kangkung setelah padi adalah karena budidayanya cukup mudah, tidak membutuhkan perawatan yang rumit dan hasil panen lumayan tinggi harganya. “Waktu panen kangkung di musim tanam tahun kemarin, harga benih kangkung yang dihasilkan dari panen di luas lahan 1 hektare, harga benih kangkung varietas unggul mencapai Rp.29.000,-/kg.
Dengan luas lahan satu hektar membutuhkan sekitar 1 kg benih kangkung untuk ditanam. Dari hasil hasil tanam tersebut kemudian menghasilkan panen berkisar 1,5 ton. Dengan harga jual Rp.29.000,-/kg dikalikan 1,5 ton hasil panen, diperoleh keuntungan sebesar Rp.43.500.000,- Keuntungan beromzet menggiurkan ini sangat diminati banyak petani di Desa Banjaran.
Bambang Pujaratna, Koordinator penyuluh di BPP Kecamatan Driyorejo beserta PPL di wilayah binaan Desa Banjaran, semangat dalam mendampingi dan mengawal petani meski di tengah pandemic Covid 19 dan persiapan New Normal. Menurut Bambang, benih kangkung yang dihasilkan oleh para petani itu, disamping dimanfaatkan kembali untuk benih, juga di ekspor ke manca negara, seperti Philipina, Thailand, India hingga Jepang
“Menanam kangkung itu lebih menguntungkan dibandingkan dengan menanam tanaman jagung, kedele atau tanaman lainnya pada saat kemarau,” jelas Juma’iyah.
“Menanam kangkung itu lebih menguntungkan dibandingkan dengan menanam tanaman jagung, kedele atau tanaman lainnya pada saat kemarau,” jelas Juma’iyah.
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo menilai, tanggung jawab penyuluhan bukan hanya agar pertanian bisa maju saja. Tetapi juga pertanian harus menggunakan cara-cara baru untuk bisa menghadirkan efektivitas atau kemampuan yang lebih banyak lagi. "Pertanian bukan hanya menumbuhkan tanaman tapi menghadirkan hati, pikiran dan gerakan agar hidup bisa lebih baik dan yang pasti jika pertaniannya bisa hadir serta massif (gerakannya)," tutur SYL.
Hal senada juga diungkapkan oleh Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), salah satu upaya yang dilakukan adalah oleh petani dimasa pendemic Covid 19 adalah memanfaatkan peluang di bidang produksi on-farm.
"Masalah pangan adalah masalah hidup matinya suatu bangsa. Banyak yang bisa dikerjakan untuk menaikkan nilai pertanian, baik on farm maupun off farm khususnya pasca panen. Tuntutannya adalah petani harus berinovasi. Buat terobosan agar hadir produk-produk baru," papar Dedi (Bambang Puja).