Tanaman padi bagus juga ditanam di lahan kering dengan perlakuan dan perawatan yang baik sehingga nantinya akan diperoleh hasil panen yang sesuai harapan dan tidak kalah dengan apabila budidaya tanaman padi di lahan basah atau lahan irigasi.
Salah satu usaha dalam percepatan pencapaian swasembada pangan utamanya padi maka program peningkatan produksi dan produktifitas padi diarahkan pada kegiatan optimalisasi lahan melalui pemaksimalan pemanfaatan lahan marginal atau lahan suboptimal. Oleh karena itu, dukungan teknologi budidaya padi spesifik agroekosistem mutlak diperlukan. Balitbangtan sebagai lembaga litbang pertanian telah dan terus berinovasi dalam menciptakan, mengembangkan dan memperbaiki teknologi budidaya padi selaras dengan dinamika perubahan preferensi masyarakat maupun dinamika perubahan iklim global. Teknologi pengelolaan tanaman terpadu padi (PTT Padi) yang semula dikembangkan pada lahan sawah irigasi dan telah ditransformasi melalui kegiatan SL-PTT dan GP-PTT, telah dikembangkan ke arah PTT padi spesifik lokasi seperti lahan sawah tadah hujan, lahan kering (padi gogo) dan lahan rawa lebak. Perbaikan teknologi PTT spesifik lokasi melalui kegiatan refocusing komponen PTT sesuai dengan kebutuhan lahan, potensi lokal dan sumber daya.
Teknologi budidaya padi lahan kering dibagi menjadi dua: 1) teknologi optimasi lahan terbuka dan 2) teknologi optimasi lahan di bawah tegakan. Komponen utma dalam teknologi optimasi lahan terbuka adalah penentuan kesesuaian varietas. Varietas Inpago (inbrida padi gogo) diantaranya Inpago 4, Inpago 5, Inpago 7, Inpago 8, Inpago 9, Inpago 10, Situ Patenggang, Batutegi dan Limboto sesuai untuk karakter lahan kering terbuka dengan sistem pengolahan lahan melalui prinsip konservasi (kemiringan <15%). Benih bersertifikat atau memenuhi standart mutu benih merupakan syarat utama teknologi PTT yang dipadukan dengan seed treatment untuk mencegah infeksi dan infestasi organisme pengganggu tanaman (OPT) sejak dini. Waktu tanam disesuaikan dengan kalender tanam (Katam Terpadu) serta disesuaikan dengan kedalaman basah tanah (10 – 20cm). Sistem tanam jajar legowo 2:1 (20 cm x 15 cm) – 30 dianjurkan untuk lahan kering terbuka. Pemupukan dilakukan berdasarkan petunjuk PUTK sehingga dapat ditentukan kebutuhan pupuk anorganik dan pengelolaan bahan organik sesuai dengan kebutuhan lahan. Pemeliharaan tanaman yang utama adalah pengendalian OPT terpadu (gulma dan hama penyakit). Kegiatan panen dan pasca panen diusahakan untuk seminimal mungkin kehilangan hasil dengan pengelolaan susut panen melalui panen pada saat masak fisiologis menggunakan sabit bergerigi, threser, terpal dan mini combine harvester disesuaikan dengan kondisi lahan dan ketersediaan SDM. Penanganan pasca panen dengan mesin pengering dan penggiingan dua pas sangat dianjurkan.
Komponen teknologi optimasi lahan di bawah tegakan sama dengan komponen teknologi optimasi lahan terbuka. Varietas yang dianjurkan hanya Situ Patenggang (toleran naungan) dan Jatiluhur dengan pengolahan tanah melalui prinsip konservasi (kemiringan 45%). Beberapa varietas unggul baru (VUB) padi yang dianjurkan untuk dikembangkan di kedua tipe lahan kering mempunyai sifat keunggulan masing-masing (Tabel 1). Konservasi lahan diarahkan pada teknik vegetatif 9alley croping, strip rumput dan wana tani. Teknologi budidaya padi lahan kering harus didukung dengan pengelolaan air melalui teknik panen air seperti ketersediaan embung, kedung, rorak maupun dam parit yang diikuti dengan teknologi sistem pemberian dan pendistribusian air (irigasi suplemen). Penerapan teknologi penegelolaan hara terpadu dengan pemanfaatan secara berimbang antara pupuk anorganik, pupuk organik dan pupuk hayati merupakan usaha pengelolaan hara tanah yang disarankan. Penggunaan Test Kit PUTK untuk rekomendasi pemupukan spesifik lokasi sangat memudahkan dalam mementukan kebutuhan pupuk. Rekomendasi penggunaan VUB padi spesifik lahan kering harus diikuti kesiapan ketersediaan logistik benih sehingga dapat dipetakan berapa luas pengembangan yang dapat segera dilaksanakan dan dapat ditentukan target luasan pada musim tanam berikutnya.