Padi hibrida adalah turunan pertama (F1) dari persilangan antara
dua galur murni. Varietas padi hibrida yang akan dikembangkan merupakan
generasi F1 hasil persilangan antara galur mandul jantan (A) dengan
restorer (R).
Ada 2 varietas yang telah dihasilkan oleh Balai
Penelitian Tanaman Padi, yaitu varietas Rokan dan Maro. Kedua
varietas ini mempunyai daya hasil tinggi, di lokasi yang sesuai dapat
menghasilkan 10 s.d. 15 ton / hektar lebih tinggi daripada varietas IR
64. Namun demikian, kedua varietas hibrida ini tidak selalu memberikan
hasil yang tinggi daripada IR 64 di semua lokasi. Artinya, tidak semua
lokasi sesuai untuk budidaya padi hibrida tersebut.
Dengan sifat – sifat seperti
diuraikan di atas, padi hibrida dianjurkan untuk
dibudidayakan di lokasi yang sesuai pada lahan sawah yang subur dengan
irigasi terjamin dan bukan daerah endemik hama wereng coklat dan
penyakit virus tungro.
TEHNIK BUDIDAYA
1. Benih
Benih
padi hibrida hanya dapat digunakan untuk satu kali musim pertanaman.
Karena benih dari hasil pertanaman padi hibrida tidak dapat ditanam
kembali, maka setiap kali menanam harus menggunakan benih baru. Untuk 1
hektar areal pertanaman membutuhkan antara 10 – 20 kg benih. Sebelum
disebar, benih direndam selama 24 jam kemudian ditiriskan dan diperam
selama 24 jam ditempat yang aman.
2. Pesemaian
- Areal
untuk lahan pesemaian diusahakan bukan bekas tanaman padi atau bero
untuk menghindari benih tercampur dengan padi varietas lain.
- Tanah
diolah, dicangkul atau dibajak, dibiarkan dalam kondisi macak-macak
selama minimal 7 hari agar gabah yang ada dalam tanah tumbuh sehingga
bisa dibersihkan sebelum benih disebar.
- Buat bedengan dengan tinggi 5-10 cm, lebar 110 cm dan panjang disesuaikan dengan ukuran petak dan kebutuhan.
- Pupuk pesemaian dengan Urea, SP.36 dan KCl masing-masing sebanyak 5 gr/m2.
- Sebar benih yang telah diperam dengan merata.
3. Persiapan Lahan.
-
Tanah diolah secara sempurna yaitu dibajak I, dibiarkan selama 5-7 hari
dalam keadaan macak-macak kemudian dibajak II dan digaru untuk
melumpurkan dan meratakan tanah.
Untuk menekan pertumbuhan gulma,
lahan yang telah diratakan disemprot dengan herbisida pratumbuh dan
dibiarkan selama 7-10 hari.
4. Penanaman.
- Penanaman dilakukan saat bibit berumur 21 hari.
- Jarak tanam 20 x 20 cm, satu tanaman per rumpun, atau pakai sistem jajar legowo 40 x 20 x 10 cm.
-
Biasanya pada umur 21 hari ada sebagian bibit yang telah mempunyai
anakan karena populasi bibit dipesemaian lebih jarang dari yang biasa
dipraktekan petani. Bibit yang telah mempunyai anakan tidak boleh
dipisahkan pada saat menanam.
5. Pemupukan.
a. Musim kemarau
- Takaran pupuk : 300 kg urea, 100 kg SP 36
dan 150 kg KCl/ha.
- Waktu pemberian :
1. Saat tanam : 60 kg urea + 100 kg SP 36
+ 100 kg KCl/ha.
2. 4 MST : 90 kg urea /ha.
3. 7 MST : 75 kg urea + 50 kg KCl/ha.
4. 5% berbunga : 75 kg urea/ha.
b. Musim hujan
- Takaran pupuk : 250 kg urea, 100 kg SP 36
dan 150 kg KCl/ha.
- Waktu pemberian :
1. Saat tanam : 50 kg urea + 100 kg SP 36
+ 100 kg KCl/ha.
2. 4 MST : 75 kg urea /ha.
3. 7 MST : 75 kg urea + 50 kg KCl/ha.
4. 5% berbunga : 50 kg urea/ha.
6. Pemeliharaan Tanaman
- Penyiangan dilakukan secara intensif paling sedikit 2 kali menjelang pemupukan 2 dan 3
-
Padi hibrida peka terhadap penyakit tungro dan hama wereng coklat, oleh
karena itu hindari pengembangan di daerah endemis hama dan penyakit,
terapkan PHT dengan monitoring keberadaan tungro dan populasi wereng
coklat. Perhatikan juga serangan hama tikus dan penerbangan ngengat
penggerek batang.
- Insektisida yang manjur mengendalikan hama wereng
coklat dan wereng punggung putih diantaranya fipronil dan imidakloprid.
Insektisida buprofezin juga dapat digunakan untuk mengendalikan. Untuk
mengendalikan penyakit tungro dapat digunakan insektisida imidakloprid,
tiametoksan, etofenproks dan karbofuran.
7. Panen
- Saat panen yang tepat adalah pada waktu biji telah masak fisiologis, atau sekitar 90 % malai telah menguning.
- Setelah dipanen, gabah harus segera dikeringkan agar diperoleh rendemen dan mutu beras yang baik.
- Pada prinsipnya cara panen dan pengolahan hasil padi hibrida tidak berbeda dengan padi biasa (padi inbrida).