Senin, 21 Desember 2015

CARA MENGATASI HAMA / PENYAKIT CABE

A. Hama
1. Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Ulat merupakan jenis hama yang akan menjadi kupu-kupu yang biasanya meletakkan telur secara berkelompok di atas daun atau tanaman. Ciri khas dari larva (ulat) grayak ini adalah terdapat bintik-bintik segitiga berwarna hitam dan bergaris-garis kekuningan pada sisinya. Larva akan menjadi pupa (kepompong) yang dibentuk di bawah permukaan tanah. Daur hidup dari telur menjadi kupu-kupu berkisar antara 30 - 61 hari. Telur akan menetas menjadi ulat (larva), mula-mula hidup berkelompok dan kemudian menyebar. Menyerang bersama-sama dalam jumlah yang sangat banyak. Ulat ini memangsa segala jenis tanaman (polifag), termasuk menyerang tanaman cabe. Serangan ulat grayak terjadi di malam hari, karena kupu-kupu maupun larvanya aktif di malam hari. Pada siang hari bersembunyi di tempat yang teduh atau di permukaan daun bagian bawah. Hama ulat grayak merusak di musim kemarau dengan cara memakan daun mulai dari bagian tepi hingga bagian atas maupun bawah daun cabe. Serangan hama ini menyebabkan daun-daun berlubang secara tidak beraturan; sehingga menghambat proses fotosintesis dan akibatnya produksi buah cabe menurun.
Pengendalian secara terpadu terhadap hama ini dapat dilakukan dengan cara : mekanis, yaitu mengumpulkan telur dan ulat-ulatnya dan langsung dibunuh. Secara kultur teknis, yaitu menjaga kebersihan kebun dari gulma dan sisa-sisa tanaman yang menjadi tempat persembunyian hama, serta melakukan rotasi tanaman. Hayati (biologis) kimiawi, yaitu disemprot dengan insektisida berbahan aktif Bacilus thuringiensis.

2. Kutu Daun (Myzus persicae Sulz.)
Kutu daun atau sering disebut Aphid tersebar di seluruh dunia. Hama ini memakan segala jenis tanaman (polifag), lebih dari 100 jenis tanaman inang, termasuk tanaman cabe. Kutu daun berkembang biak dengan 2 cara, yaitu dengan perkawinan biasa dan tanpa perkawinan atau telur-telurnya dapat berkembang menjadi anak tanpa pembuahan (partenogenesis). Daur hidup hama ini berkisar antara 7 - 10 hari. Hama ini menyerang tanaman cabe dengan cara mengisap cairan daun, pucuk, tangkai bunga ataupun bagian tanaman lainnya. Serangan berat menyebabkan daun-daun melengkung, keriting, belang-belang kekuningan (klorosis) dan akhirnya rontok sehingga produksi cabe menurun.


3. Lalat Buah (Dacus ferrugineus)
Hama ini menyebabkan buah cabe mengalami kebusukan. Buah cabe yang diserang lalat buah akan menjadi bercak-bercak bulat, berlubang kecil dan kemudian membusuk. Buah cabe yang terserang akan dihuni larva yang menyebabkan semua bagian buah cabe rusak, busuk, dan berguguran (rontok). Serangga dewasa panjangnya kurang lebih 0.5 cm, berwarna coklat-tua, dan meletakkan telurnya di dalam buah cabe. Telur tersebut akan menetas, kemudian merusak buah cabe. Daur hidup hama ini lamanya sekitar 4 minggu, dan pembentukan stadium pupa terjadi di atas permukaan tanah. Pengendalian secara terpadu terhadap hama ini dapat dilakukan dengan cara:  kultur teknik, yaitu dengan pergiliran tanaman yang bukan tanaman inang lalat buah; secara mekanis yaitu dengan memusnahkan buah cabe yang terserang lalat buah, secara kimiawi yaitu dengan pemasangan perangkap beracun "metil eugenol" atau protein hydrolisat.

4. Thrips (Thrips sp.)
Gejala serangan yang ditimbulkan oleh thrips adalah awalnya timbul noda-noda keperakan pada daun-daun muda, akibat adanya luka bekas serangan thrips. Noda-noda keperakan tersebut berubah menjadi coklat. Serangan berat dapat menyebabkan daun-daun mengeriting ke atas. Serangga ini mempunyai tipe mulut pemarut dan pengisap. Ia memarut jaringan daun atau bunga dan mengisap cairan yang keluar dari bagian itu. Serangan pada bunga sudah mekar akan timbul bercak cokelat. Sedangkan pada bunga masih kuncup, thrips menyebabkan bunga gagal mekar. 
Pengendalian secara terpadu terhadap hama ini dapat dilakukan dengan cara kultur teknis, yaitu dengan pergiliran tanaman atau mengatur rotasi tanaman yang bukan sefamili, dan mengatur waktu tanam yang tepat, menggunakan mulsa plastik hitam perak pada lahan tanam. Pengendalian secara kimiawi, yaitu dengan disemprot insektisida berbahan aktif asetat, dimetoat, endosulfat, formothion, karbaril, merkaptodimetur, dan metomil.

5. Tungau (Tarsonemus translucens)
Tungau berukuran sangat kecil, tetapi bersifat pemangsa segala jenis tanaman (polifag). Serangga dewasa panjangnya + 1 mm, bentuk mirip laba-laba, dan aktif di siang hari. Siklus hidup tungau berkisar selama 14-15 hari. Tungau menyerang tanaman cabe dengan cara mengisap cairan sel daun atau pucuk tanaman. Akibat serangannya dapat menimbulkan bintik-bintik kuning atau keputihan. Serangan yang berat, terutama di musim kemarau, akan menyebabkan cabe tumbuh tidak normal dan daun-daunnya keriting. Pengendalian tungau dapat dilakukan dengan cara disemprot insektisida.

B. Penyakit
1. Patek
Penyakit patek atau antraks sering kali dijumpai tanaman cabe. Penyakit patek cukup berbahaya dan cepat menjalar, sehingga mampu menurunkan produktifitas yang signifikan. Penyakit patek disebabkan oleh cendawan Colletotricum capsici danColletotricum piperatum, bercak daun (Cercospora capsici). Gejala serangan antraks atau patek ialah bercakbercak pada buah, buah kehitaman dan busuk kering pada buah, dan akhirnya rontok. Penyakit busuk buah kering yang disebabkan cendawan untuk mengatasinya dapat menggunakan fungisida.

2. Keriting Daun  
Penyakit kuning keriting sangat sulit diberantas, apalagi dihilangkan sampai 0%. Upaya yang dilakukan hanya sebatas pengendalian risiko, untuk mencapai ambang toleransi penyakit agar tidak merugikan atau memperkecil kerugian produksi cabe. Gejala penyakit tanaman cabe pada umumnya berwarna mosaik kuning atau hijau muda mencolok. Kadang-kadang pucuk menumpuk keriting diikuti dengan bentuk helaian daun menyempit atau cekung, tanaman tumbuh tidak normal menjadi lebih kerdil dibandingkan dengan tanaman sehat. Kedua gejala penyakit di atas, kuning dan hijau keriting sering pula ditemukan secara bersamaan dalam satu varietas pada lahan yang sama. Penyakit ini diketahui pada beberapa varietas cabe cukup merugikan, hasil panen berkurang sampai terjadi puso, terutama pada tanaman yang terinfeksi sejak masa tanaman masih sangat muda. Bercak daun ialah bercakbercak kecil yang akan melebar. Pinggir bercak berwama lebih tua dari bagian tengahnya. Pusat bercak ini sering robek atau berlubang. Daun berubah kekuningan lalu gugur. Serangan keriting daun sesuai namanya ditandai oleh keriting dan mengerutnya daun, tetapi keadaan tanaman tetap sehat dan segar. Bila tanaman diserang penyakit keriting daun maka tanaman diberikan fungisida atau dicabut dan dibakar, karena pengendalian keriting daun secara kimia masih sangat sulit.  


3. Layu Bakteri (Pseudomonas solana-cearum E.F. Smith)
Tanaman yang terserang Layu Bakteri akan menunjukan gejala layu pada batang dan daun tanaman, mulai dari bagian pucuk, kemudian menjalar ke seluruh bagian tanaman. Daun menguning dan akhirnya mengering serta rontok dan akhirnya mati. Penyakit layu bakteri dapat menyerang tanaman cabe pada semua tingkatan umur, tetapi paling peka adalah tanaman muda atau menjelang fase berbunga maupun berbuah. Pengendalian dapat dilakukan dengan perbaikan drainase tanah di sekitar kebun agar tidak becek atau menggenang. Pencabutan tanaman yang sakit agar tidak menular ke tanaman yang sehat. Penggunaan bakterisida Agrimycin atau Agrept dengan cara disemprotkan atau dikocor di sekitar batang tanaman cabe tersebut yang diperkirakan terserang bakteri P. solanacearum. Selain itu juga dapat dilakukan dengan melakukan pengelolaan (manajemen) lahan, misalnya dengan pengapuran tanah ataupun pergiliran tanaman yang bukan famili Solanaceae.

4. Layu Fusarium (Fusarium oxysporum Sulz.)
Gejala serangan yang dapat diamati adalah terjadinya pemucatan warna tulang-tulang daun di sebelah atas, kemudian diikuti dengan merunduknya tangkai-tangkai daun; sehingga akibat lebih lanjut seluruh tanaman layu dan mati. Gejala kelayuan tanaman seringkali sulit dibedakan dengan serangan bakteri layu (P. solanacearum). Layu Fusarium disebabkan oleh organisme cendawan bersifat tular tanah. Biasanya penyakit ini muncul pada tanah-tanah yang ber-pH rendah (masam). Untuk membuktikan penyebab layu tersebut dapat dilakukan dengan cara memotong pangkal batang tanaman yang sakit, kemudian direndam dalam gelas berisi air bening (jernih). Biarkan rendaman batang tadi sekitar 5-15 menit, kemudian digoyang-goyangkan secara hati-hati. Bila dari pangkal batang keluar cairan putih dan terlihat suatu cincin berwarna coklat dari berkas pembuluhnya, hal itu menandakan adanya serangan Fusarium.
Pengendalian penyakit layu Fusarium dapat dilakukan dengan berbagai cara pengapuran tanah sebelum tanam dengan Dolomit atau Captan (Calcit) sesuai dengan angka pH tanah agar mendekati netral. Pencabutan tanaman yang sakit agar tidak menjadi sumber infeksi bagi tanaman yang sehat. Pengaturan pembuangan air (drainase), dengan cara pembuatan bedengan yang tinggi, terutama pada musim hujan. Penyiraman larutan fungisida sistemik di sekitar batang tanaman cabe yang diduga sumber atau terkena cendawan. Selain itu dapat diberikan bakterisida jenisPseudomonas fluorescens.

5. Bercak Daun (Cercospora capsici Heald et Wolf)
Penyebab penyakit bercak daun adalah cendawan Cercospora capsici. Gejala serangan penyakit ditandai dengan bercak-bercak bulat kecil kebasah-basahan. Berikutnya bercak akan meluas dengan garis tengah + 0,5 cm. Di pusat bercak nampak berwarna pucat sampai putih dan pada bagian tepinya berwarna lebih tua. Serangan yang berat (parah) dapat menyebabkan daun menguning dan gugur, ataupun langsung berguguran tanpa didahului menguningnya daun. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan kebun, dan disemprot fungisida seperti Topsin, Velimek, dan Benlate secara berselang-seling.

6. Bercak Alternaria (Alternaria solani Ell & Marf)
Penyebab penyakit bercak Alternaria adalah cendawan. Gejala serangan penyakit ini adalah ditandai dengan timbulnya bercak-bercak coklat-tua sampai kehitaman dengan lingkaran-lingkaran konsentris. Bercak-bercak ini akan membesar dan bergabung menjadi satu. Serangan penyakit bercak Alternaria dimulai dari daun yang paling bawah, dan kadang-kadang juga menyerang pada bagian batang. Pengendalian penyakit bercak Alternaria antara lain dengan cara menjaga kebersihan kebun, dan disemprot fungisida seperti Cupravit, Dithane M-45 dan Score, secara berselang-seling.

7. Busuk Daun dan Buah (Phytophthora spp)
Penyakit busuk daun dapat pula menyebabkan busuk buah cabe. Gejala serangan tampak pada daun yaitu bercak-bercak kecil di bagian tepinya, kemudian menyerang seluruh batang. Batang tanaman cabe juga dapat terserang penyakit ini, ditandai dengan gejala perubahan warna menjadi kehitaman. Buah cabe yang terserang menunjukkan gejala awal bercak-bercak kebasahan, kemudian meluas, dan akhirnya buah akan terlepas dari kelopaknya karena membusuk. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara pengaturan jarak tanam yang baik, yaitu di musim hujan idealnya 70 x 70 cm, mengumpulkan buah cabe yang busuk untuk dimusnahkan, dan disemprot fungisida seperti Sandovan MZ, Kocide atau Polyram secara berselang-seling.

8. Virus
Penyakit virus pada tanaman cabe di pulau Jawa dan Lampung ditemukan adanya Cucumber Mosaic Virus (CMV), Potato Virus Y (PVY), Tobacco Etch Virus (TEV),Tobacco Mosaic Virus (TMV), Tobacco Rattle Virus (TRV), dan juga Tomato Ringspot Virus (TRSV). Gejala penyakit virus yang umum ditemukan adalah daun mengecil, keriting, dan mosaik yang diduga oleh TMV, CMV dan TEV. Penyebaran virus biasanya dibantu oleh serangga penular (vektor) seperti kutu daun dan Thrips. Tanaman cabe yang terserang virus seringkali mampu bertahan hidup, tetapi tidak menghasilkan buah. Pengendalian penyakit virus ini dapat dilakukan dengan cara : Pemberantasan serangga vektor (penular) seperti Aphids dan Thrips dengan semprotan insektisida yang efektif. Tanaman cabe yang menunjukkan gejala sakit dan mencurigakan terserang virus dicabut dan dimusnahkan. Melakukan pergiliran (rotasi) tanaman dengan tanaman yang bukan famili Solanaceae.

9. Penyakit Fisiologis
Merupakan keadaan suatu tanaman menderita sakit atau kelainan, tetapi penyebabnya bukan oleh mikroorganisme. Beberapa contoh penyakit fisiologis pada tanaman cabe yang paling sering ditemukan adalah kekurangan unsur hara Kalsium (Ca), dan terbakarnya buah cabe akibat sengatan sinar matahari. Tanaman cabe yang kekurangan unsur Ca akan menunjukkan gejala pada buahnya terdapat bercak hijau-gelap, kemudian menjadi lekukan bacah coklat kehitam-hitaman. Jaringan di tempat bercak menjadi rusak sampai ke bagian dalam buah. Bentuk buah cabe menjadi pipih dan berubah warna lebih awal (sebelum waktunya). Biasanya kekurangan Ca pada stadium buah rusak akan diikuti tumbuhnya cendawan. Usaha pencegahan kekurangan Ca dapat dilakukan dengan cara pengapuran sewaktu mengolah tanah, diikuti pemupukan berimbang, dan pengairan kebun secara merata. Bila tanaman cabe sedang masa berbuah tetapi menunjukan gejala kekurangan Ca, maka dapat disemprot dengan pupuk daun yang banyak mengandung unsur Ca. (sumber : http://www.agrotekno.net/2014/01/mengenal-hama-dan-penyakit-tanaman-cabe.html).

SISTEM PADI GORA DI DAERAH TADAH HUJAN

Selain ditanam pada lahan sawah, tanaman padi juga bisa dibudidayakan pada lahan kering dan lahan tadah hujan atau sering kita sebut dengan budidaya padi gogo rancah (gora). Pada sistem budidaya padi gogo rancah seolah-olah kita anggap tanaman padi seperti tanaman palawija. Sehingga kebutuhan air dalam sistem ini sangatlah minim. Sistem budidaya padi gora biasanya dilakukan pada tanah-tanah yang kering atau tanah tadah hujan. Kelebihan sistem tanam gora dibanding sistem sawah diantaranya adalah penghematan tenaga kerja tanam, penghematan tenaga kerja pemeliharaan dan tentunya lebih menghemat waktu. Adapun kendala budidaya padi gora adalah ketersediaan air karena intensitas curah hujan yang tak menentu.

Penyiapan lahan: Tanah diolah pada kondisi kering sebelum musim hujan, untuk peningkatan produktivitas tanah perlu diberi bahan organik (pupuk hijau, pupuk kandang, kompos) sebanyak 5-10 t/ha, pengolahan tanah dapat dilakukan secara olah tanah sempurna (OTS), olah tanah minimum (OTM), dan atau tanpa olah tanah (TOT).
Penggunaan pupuk merupakan salah satu program intensifikasi pertanian. Beberapa teknlogi pemupukan dilakukan sebagai usaha peningkatan produksi baik melalui pupuk anorganik maupun pupuk organik seperti pupuk kandang. Di sisi lain, penggunaan pupuk N yang berlebihan dapat menimbulkan cemaran nitrat dalam  di kawasan pertanian yang berdampak negatif bagi kesehatan manusia. Penelitian residu nitrat pada beberapa teknologi pengelolaan pupuk telah dilakukan di KP  Balingtan Jakenan pada lahan padi gogo rancah dan meningkatkan hasil padi gogo rancah.


Pada area ini tidak banyak yang bisa dilakukan kecuali berladang (palawija) dengan ketergantungan pada curah hujan. Curah hujan per tahun berada pada level yang rendah. Area ini memiliki banyak sumber air dalam, dimana sampai saat ini masih belum bisa dimanfaatkan. Di beberapa tempat, dapat dijumpai sawah dengan jenis padi khusus (padi Gogo Rancah), ditanam pada media tanah yang sengaja diurugkan di atas batuan kapur.
Penanaman: waktu tanam secara tepat dengan memperhitungkan hujan karena akan menentukan keberhasilan padi gogo, penanaman dilakukan dengan cara tugal (4-5 biji/lubang), benih yang dibutuhkan adalah 40 - 60 kg/ha untuk monokultur, Jarak tanam 20 x 20 cm atau 25 x 25 cm pada lokasi baru yang banyak terdapat ulat grayak, uret, dan lalat bibit, benih perlu dicampur dengan insektisida butiran Furadan atau Dharmafur dengan takaran 2 kg/20 kg benih, penanaman padi gora dapat dilakukan bersama tanaman lain.

Panen: Dilakukan sebaiknya pada fase masak panen dengan ciri bila 90% gabah sudah menguning, panen pada fase masak lewat panen, yaitu saat jerami mulai mengering, pangkal malai mulai patah, dapat mengakibatkan banyak gabah rontok saat panen, sebaiknya panen dilakukan dengan sabit bergerigi dan perontokan dengan pedal tresher, perontokan dengan memukul-mukul batang padi pada papan sebaiknya dihindari, karena menyebabkan kehilangan hasil yang cukup besar sampai 3,4%. 
(sumber : http://balingtan.litbang.pertanian.go.id ).

Minggu, 06 Desember 2015

TANAM PADI SERENTAK DI TENARU

Pada Hari Senin Tanggal 07 Desember 2015, tepat pukul 07.00 WIB dilaksanakan acara Tanam Padi serentak  dalam rangka mendukung Program Swasembada Pangan di Wilayah Kecamatan Driyorejo seluas 2 Ha.






Acara yang dibuka oleh Danramil 0817/01 Driyorejo ini berlangsung tepat jam 07.00 WIB. Danramil 0817/01 Driyorejo Bpk. Kpt. Inf. Suyanto memberikan sambutan serta penjelasan singkat tentang proses tanam padi serentak. Kemudian dilanjutkan oleh sambutan dari Bapak Ka UPT BP3K Kecamatan Driyorejo, Bpk. Totok Suprapto yang menjelaskan tentang sistem tanam padi jajar legowo.
Selanjutnya dilakukan acara tanya jawab dengan petani tentang Jajar Legowo.
Pada pukul 10.15 WIB kegiatan tanam padi serentak selesai dilanjutkan Evaluasi dari Danramil, Ka UPT BP3K, Mantri Tani dan Kelompok Tani desa Tenaru.






Kegiatan ini dihadiri oleh : Danramil 0817/01 Driyorejo Bpk. Kpt. Inf. Suyanto, Ka UPT BP3K Driyorejo, Penyuluh Pertanian se Kec. Driyorejo, Mantri tani Kec. Driyorejo, Ketua Poktan desa Tenaru Bpk. Sutrisno, 4 orang petani / pemilik sawah desa Tenaru masing-2 dengan luas 0,5 Ha.
1. Bpk. Wakid (58 tahun), 2. Bpk. Irnanto (51 tahun), 3. Ibu Ngatemi (65 tahun) dan 4. Bpk. Tomblok (65 tahun) serta 14 orang buruh tani.

Selama pelaksanaan kegiatan berjalan dengan lancar, tertib dan aman serta kompak.

SL CABE DI TENARU

Sekolah lapang Budidaya Cabe di luar musim dilaksanakan di Poktan Tenaru Kec. Driyorejo Kabupaten Gresik. Ketua Poktan Tenaru Bpk. Sutrisno mengatakan bahwa pelaksanaan SL cabe ini mudah-mudahan dapat meningkatkan pendapatan petani yang berharap agar pada saat panen Cabe harga sudah berpihak kepada petani.