Senin, 21 Desember 2015

CARA MENGATASI HAMA / PENYAKIT CABE

A. Hama
1. Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Ulat merupakan jenis hama yang akan menjadi kupu-kupu yang biasanya meletakkan telur secara berkelompok di atas daun atau tanaman. Ciri khas dari larva (ulat) grayak ini adalah terdapat bintik-bintik segitiga berwarna hitam dan bergaris-garis kekuningan pada sisinya. Larva akan menjadi pupa (kepompong) yang dibentuk di bawah permukaan tanah. Daur hidup dari telur menjadi kupu-kupu berkisar antara 30 - 61 hari. Telur akan menetas menjadi ulat (larva), mula-mula hidup berkelompok dan kemudian menyebar. Menyerang bersama-sama dalam jumlah yang sangat banyak. Ulat ini memangsa segala jenis tanaman (polifag), termasuk menyerang tanaman cabe. Serangan ulat grayak terjadi di malam hari, karena kupu-kupu maupun larvanya aktif di malam hari. Pada siang hari bersembunyi di tempat yang teduh atau di permukaan daun bagian bawah. Hama ulat grayak merusak di musim kemarau dengan cara memakan daun mulai dari bagian tepi hingga bagian atas maupun bawah daun cabe. Serangan hama ini menyebabkan daun-daun berlubang secara tidak beraturan; sehingga menghambat proses fotosintesis dan akibatnya produksi buah cabe menurun.
Pengendalian secara terpadu terhadap hama ini dapat dilakukan dengan cara : mekanis, yaitu mengumpulkan telur dan ulat-ulatnya dan langsung dibunuh. Secara kultur teknis, yaitu menjaga kebersihan kebun dari gulma dan sisa-sisa tanaman yang menjadi tempat persembunyian hama, serta melakukan rotasi tanaman. Hayati (biologis) kimiawi, yaitu disemprot dengan insektisida berbahan aktif Bacilus thuringiensis.

2. Kutu Daun (Myzus persicae Sulz.)
Kutu daun atau sering disebut Aphid tersebar di seluruh dunia. Hama ini memakan segala jenis tanaman (polifag), lebih dari 100 jenis tanaman inang, termasuk tanaman cabe. Kutu daun berkembang biak dengan 2 cara, yaitu dengan perkawinan biasa dan tanpa perkawinan atau telur-telurnya dapat berkembang menjadi anak tanpa pembuahan (partenogenesis). Daur hidup hama ini berkisar antara 7 - 10 hari. Hama ini menyerang tanaman cabe dengan cara mengisap cairan daun, pucuk, tangkai bunga ataupun bagian tanaman lainnya. Serangan berat menyebabkan daun-daun melengkung, keriting, belang-belang kekuningan (klorosis) dan akhirnya rontok sehingga produksi cabe menurun.


3. Lalat Buah (Dacus ferrugineus)
Hama ini menyebabkan buah cabe mengalami kebusukan. Buah cabe yang diserang lalat buah akan menjadi bercak-bercak bulat, berlubang kecil dan kemudian membusuk. Buah cabe yang terserang akan dihuni larva yang menyebabkan semua bagian buah cabe rusak, busuk, dan berguguran (rontok). Serangga dewasa panjangnya kurang lebih 0.5 cm, berwarna coklat-tua, dan meletakkan telurnya di dalam buah cabe. Telur tersebut akan menetas, kemudian merusak buah cabe. Daur hidup hama ini lamanya sekitar 4 minggu, dan pembentukan stadium pupa terjadi di atas permukaan tanah. Pengendalian secara terpadu terhadap hama ini dapat dilakukan dengan cara:  kultur teknik, yaitu dengan pergiliran tanaman yang bukan tanaman inang lalat buah; secara mekanis yaitu dengan memusnahkan buah cabe yang terserang lalat buah, secara kimiawi yaitu dengan pemasangan perangkap beracun "metil eugenol" atau protein hydrolisat.

4. Thrips (Thrips sp.)
Gejala serangan yang ditimbulkan oleh thrips adalah awalnya timbul noda-noda keperakan pada daun-daun muda, akibat adanya luka bekas serangan thrips. Noda-noda keperakan tersebut berubah menjadi coklat. Serangan berat dapat menyebabkan daun-daun mengeriting ke atas. Serangga ini mempunyai tipe mulut pemarut dan pengisap. Ia memarut jaringan daun atau bunga dan mengisap cairan yang keluar dari bagian itu. Serangan pada bunga sudah mekar akan timbul bercak cokelat. Sedangkan pada bunga masih kuncup, thrips menyebabkan bunga gagal mekar. 
Pengendalian secara terpadu terhadap hama ini dapat dilakukan dengan cara kultur teknis, yaitu dengan pergiliran tanaman atau mengatur rotasi tanaman yang bukan sefamili, dan mengatur waktu tanam yang tepat, menggunakan mulsa plastik hitam perak pada lahan tanam. Pengendalian secara kimiawi, yaitu dengan disemprot insektisida berbahan aktif asetat, dimetoat, endosulfat, formothion, karbaril, merkaptodimetur, dan metomil.

5. Tungau (Tarsonemus translucens)
Tungau berukuran sangat kecil, tetapi bersifat pemangsa segala jenis tanaman (polifag). Serangga dewasa panjangnya + 1 mm, bentuk mirip laba-laba, dan aktif di siang hari. Siklus hidup tungau berkisar selama 14-15 hari. Tungau menyerang tanaman cabe dengan cara mengisap cairan sel daun atau pucuk tanaman. Akibat serangannya dapat menimbulkan bintik-bintik kuning atau keputihan. Serangan yang berat, terutama di musim kemarau, akan menyebabkan cabe tumbuh tidak normal dan daun-daunnya keriting. Pengendalian tungau dapat dilakukan dengan cara disemprot insektisida.

B. Penyakit
1. Patek
Penyakit patek atau antraks sering kali dijumpai tanaman cabe. Penyakit patek cukup berbahaya dan cepat menjalar, sehingga mampu menurunkan produktifitas yang signifikan. Penyakit patek disebabkan oleh cendawan Colletotricum capsici danColletotricum piperatum, bercak daun (Cercospora capsici). Gejala serangan antraks atau patek ialah bercakbercak pada buah, buah kehitaman dan busuk kering pada buah, dan akhirnya rontok. Penyakit busuk buah kering yang disebabkan cendawan untuk mengatasinya dapat menggunakan fungisida.

2. Keriting Daun  
Penyakit kuning keriting sangat sulit diberantas, apalagi dihilangkan sampai 0%. Upaya yang dilakukan hanya sebatas pengendalian risiko, untuk mencapai ambang toleransi penyakit agar tidak merugikan atau memperkecil kerugian produksi cabe. Gejala penyakit tanaman cabe pada umumnya berwarna mosaik kuning atau hijau muda mencolok. Kadang-kadang pucuk menumpuk keriting diikuti dengan bentuk helaian daun menyempit atau cekung, tanaman tumbuh tidak normal menjadi lebih kerdil dibandingkan dengan tanaman sehat. Kedua gejala penyakit di atas, kuning dan hijau keriting sering pula ditemukan secara bersamaan dalam satu varietas pada lahan yang sama. Penyakit ini diketahui pada beberapa varietas cabe cukup merugikan, hasil panen berkurang sampai terjadi puso, terutama pada tanaman yang terinfeksi sejak masa tanaman masih sangat muda. Bercak daun ialah bercakbercak kecil yang akan melebar. Pinggir bercak berwama lebih tua dari bagian tengahnya. Pusat bercak ini sering robek atau berlubang. Daun berubah kekuningan lalu gugur. Serangan keriting daun sesuai namanya ditandai oleh keriting dan mengerutnya daun, tetapi keadaan tanaman tetap sehat dan segar. Bila tanaman diserang penyakit keriting daun maka tanaman diberikan fungisida atau dicabut dan dibakar, karena pengendalian keriting daun secara kimia masih sangat sulit.  


3. Layu Bakteri (Pseudomonas solana-cearum E.F. Smith)
Tanaman yang terserang Layu Bakteri akan menunjukan gejala layu pada batang dan daun tanaman, mulai dari bagian pucuk, kemudian menjalar ke seluruh bagian tanaman. Daun menguning dan akhirnya mengering serta rontok dan akhirnya mati. Penyakit layu bakteri dapat menyerang tanaman cabe pada semua tingkatan umur, tetapi paling peka adalah tanaman muda atau menjelang fase berbunga maupun berbuah. Pengendalian dapat dilakukan dengan perbaikan drainase tanah di sekitar kebun agar tidak becek atau menggenang. Pencabutan tanaman yang sakit agar tidak menular ke tanaman yang sehat. Penggunaan bakterisida Agrimycin atau Agrept dengan cara disemprotkan atau dikocor di sekitar batang tanaman cabe tersebut yang diperkirakan terserang bakteri P. solanacearum. Selain itu juga dapat dilakukan dengan melakukan pengelolaan (manajemen) lahan, misalnya dengan pengapuran tanah ataupun pergiliran tanaman yang bukan famili Solanaceae.

4. Layu Fusarium (Fusarium oxysporum Sulz.)
Gejala serangan yang dapat diamati adalah terjadinya pemucatan warna tulang-tulang daun di sebelah atas, kemudian diikuti dengan merunduknya tangkai-tangkai daun; sehingga akibat lebih lanjut seluruh tanaman layu dan mati. Gejala kelayuan tanaman seringkali sulit dibedakan dengan serangan bakteri layu (P. solanacearum). Layu Fusarium disebabkan oleh organisme cendawan bersifat tular tanah. Biasanya penyakit ini muncul pada tanah-tanah yang ber-pH rendah (masam). Untuk membuktikan penyebab layu tersebut dapat dilakukan dengan cara memotong pangkal batang tanaman yang sakit, kemudian direndam dalam gelas berisi air bening (jernih). Biarkan rendaman batang tadi sekitar 5-15 menit, kemudian digoyang-goyangkan secara hati-hati. Bila dari pangkal batang keluar cairan putih dan terlihat suatu cincin berwarna coklat dari berkas pembuluhnya, hal itu menandakan adanya serangan Fusarium.
Pengendalian penyakit layu Fusarium dapat dilakukan dengan berbagai cara pengapuran tanah sebelum tanam dengan Dolomit atau Captan (Calcit) sesuai dengan angka pH tanah agar mendekati netral. Pencabutan tanaman yang sakit agar tidak menjadi sumber infeksi bagi tanaman yang sehat. Pengaturan pembuangan air (drainase), dengan cara pembuatan bedengan yang tinggi, terutama pada musim hujan. Penyiraman larutan fungisida sistemik di sekitar batang tanaman cabe yang diduga sumber atau terkena cendawan. Selain itu dapat diberikan bakterisida jenisPseudomonas fluorescens.

5. Bercak Daun (Cercospora capsici Heald et Wolf)
Penyebab penyakit bercak daun adalah cendawan Cercospora capsici. Gejala serangan penyakit ditandai dengan bercak-bercak bulat kecil kebasah-basahan. Berikutnya bercak akan meluas dengan garis tengah + 0,5 cm. Di pusat bercak nampak berwarna pucat sampai putih dan pada bagian tepinya berwarna lebih tua. Serangan yang berat (parah) dapat menyebabkan daun menguning dan gugur, ataupun langsung berguguran tanpa didahului menguningnya daun. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan kebun, dan disemprot fungisida seperti Topsin, Velimek, dan Benlate secara berselang-seling.

6. Bercak Alternaria (Alternaria solani Ell & Marf)
Penyebab penyakit bercak Alternaria adalah cendawan. Gejala serangan penyakit ini adalah ditandai dengan timbulnya bercak-bercak coklat-tua sampai kehitaman dengan lingkaran-lingkaran konsentris. Bercak-bercak ini akan membesar dan bergabung menjadi satu. Serangan penyakit bercak Alternaria dimulai dari daun yang paling bawah, dan kadang-kadang juga menyerang pada bagian batang. Pengendalian penyakit bercak Alternaria antara lain dengan cara menjaga kebersihan kebun, dan disemprot fungisida seperti Cupravit, Dithane M-45 dan Score, secara berselang-seling.

7. Busuk Daun dan Buah (Phytophthora spp)
Penyakit busuk daun dapat pula menyebabkan busuk buah cabe. Gejala serangan tampak pada daun yaitu bercak-bercak kecil di bagian tepinya, kemudian menyerang seluruh batang. Batang tanaman cabe juga dapat terserang penyakit ini, ditandai dengan gejala perubahan warna menjadi kehitaman. Buah cabe yang terserang menunjukkan gejala awal bercak-bercak kebasahan, kemudian meluas, dan akhirnya buah akan terlepas dari kelopaknya karena membusuk. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara pengaturan jarak tanam yang baik, yaitu di musim hujan idealnya 70 x 70 cm, mengumpulkan buah cabe yang busuk untuk dimusnahkan, dan disemprot fungisida seperti Sandovan MZ, Kocide atau Polyram secara berselang-seling.

8. Virus
Penyakit virus pada tanaman cabe di pulau Jawa dan Lampung ditemukan adanya Cucumber Mosaic Virus (CMV), Potato Virus Y (PVY), Tobacco Etch Virus (TEV),Tobacco Mosaic Virus (TMV), Tobacco Rattle Virus (TRV), dan juga Tomato Ringspot Virus (TRSV). Gejala penyakit virus yang umum ditemukan adalah daun mengecil, keriting, dan mosaik yang diduga oleh TMV, CMV dan TEV. Penyebaran virus biasanya dibantu oleh serangga penular (vektor) seperti kutu daun dan Thrips. Tanaman cabe yang terserang virus seringkali mampu bertahan hidup, tetapi tidak menghasilkan buah. Pengendalian penyakit virus ini dapat dilakukan dengan cara : Pemberantasan serangga vektor (penular) seperti Aphids dan Thrips dengan semprotan insektisida yang efektif. Tanaman cabe yang menunjukkan gejala sakit dan mencurigakan terserang virus dicabut dan dimusnahkan. Melakukan pergiliran (rotasi) tanaman dengan tanaman yang bukan famili Solanaceae.

9. Penyakit Fisiologis
Merupakan keadaan suatu tanaman menderita sakit atau kelainan, tetapi penyebabnya bukan oleh mikroorganisme. Beberapa contoh penyakit fisiologis pada tanaman cabe yang paling sering ditemukan adalah kekurangan unsur hara Kalsium (Ca), dan terbakarnya buah cabe akibat sengatan sinar matahari. Tanaman cabe yang kekurangan unsur Ca akan menunjukkan gejala pada buahnya terdapat bercak hijau-gelap, kemudian menjadi lekukan bacah coklat kehitam-hitaman. Jaringan di tempat bercak menjadi rusak sampai ke bagian dalam buah. Bentuk buah cabe menjadi pipih dan berubah warna lebih awal (sebelum waktunya). Biasanya kekurangan Ca pada stadium buah rusak akan diikuti tumbuhnya cendawan. Usaha pencegahan kekurangan Ca dapat dilakukan dengan cara pengapuran sewaktu mengolah tanah, diikuti pemupukan berimbang, dan pengairan kebun secara merata. Bila tanaman cabe sedang masa berbuah tetapi menunjukan gejala kekurangan Ca, maka dapat disemprot dengan pupuk daun yang banyak mengandung unsur Ca. (sumber : http://www.agrotekno.net/2014/01/mengenal-hama-dan-penyakit-tanaman-cabe.html).

SISTEM PADI GORA DI DAERAH TADAH HUJAN

Selain ditanam pada lahan sawah, tanaman padi juga bisa dibudidayakan pada lahan kering dan lahan tadah hujan atau sering kita sebut dengan budidaya padi gogo rancah (gora). Pada sistem budidaya padi gogo rancah seolah-olah kita anggap tanaman padi seperti tanaman palawija. Sehingga kebutuhan air dalam sistem ini sangatlah minim. Sistem budidaya padi gora biasanya dilakukan pada tanah-tanah yang kering atau tanah tadah hujan. Kelebihan sistem tanam gora dibanding sistem sawah diantaranya adalah penghematan tenaga kerja tanam, penghematan tenaga kerja pemeliharaan dan tentunya lebih menghemat waktu. Adapun kendala budidaya padi gora adalah ketersediaan air karena intensitas curah hujan yang tak menentu.

Penyiapan lahan: Tanah diolah pada kondisi kering sebelum musim hujan, untuk peningkatan produktivitas tanah perlu diberi bahan organik (pupuk hijau, pupuk kandang, kompos) sebanyak 5-10 t/ha, pengolahan tanah dapat dilakukan secara olah tanah sempurna (OTS), olah tanah minimum (OTM), dan atau tanpa olah tanah (TOT).
Penggunaan pupuk merupakan salah satu program intensifikasi pertanian. Beberapa teknlogi pemupukan dilakukan sebagai usaha peningkatan produksi baik melalui pupuk anorganik maupun pupuk organik seperti pupuk kandang. Di sisi lain, penggunaan pupuk N yang berlebihan dapat menimbulkan cemaran nitrat dalam  di kawasan pertanian yang berdampak negatif bagi kesehatan manusia. Penelitian residu nitrat pada beberapa teknologi pengelolaan pupuk telah dilakukan di KP  Balingtan Jakenan pada lahan padi gogo rancah dan meningkatkan hasil padi gogo rancah.


Pada area ini tidak banyak yang bisa dilakukan kecuali berladang (palawija) dengan ketergantungan pada curah hujan. Curah hujan per tahun berada pada level yang rendah. Area ini memiliki banyak sumber air dalam, dimana sampai saat ini masih belum bisa dimanfaatkan. Di beberapa tempat, dapat dijumpai sawah dengan jenis padi khusus (padi Gogo Rancah), ditanam pada media tanah yang sengaja diurugkan di atas batuan kapur.
Penanaman: waktu tanam secara tepat dengan memperhitungkan hujan karena akan menentukan keberhasilan padi gogo, penanaman dilakukan dengan cara tugal (4-5 biji/lubang), benih yang dibutuhkan adalah 40 - 60 kg/ha untuk monokultur, Jarak tanam 20 x 20 cm atau 25 x 25 cm pada lokasi baru yang banyak terdapat ulat grayak, uret, dan lalat bibit, benih perlu dicampur dengan insektisida butiran Furadan atau Dharmafur dengan takaran 2 kg/20 kg benih, penanaman padi gora dapat dilakukan bersama tanaman lain.

Panen: Dilakukan sebaiknya pada fase masak panen dengan ciri bila 90% gabah sudah menguning, panen pada fase masak lewat panen, yaitu saat jerami mulai mengering, pangkal malai mulai patah, dapat mengakibatkan banyak gabah rontok saat panen, sebaiknya panen dilakukan dengan sabit bergerigi dan perontokan dengan pedal tresher, perontokan dengan memukul-mukul batang padi pada papan sebaiknya dihindari, karena menyebabkan kehilangan hasil yang cukup besar sampai 3,4%. 
(sumber : http://balingtan.litbang.pertanian.go.id ).

Minggu, 06 Desember 2015

TANAM PADI SERENTAK DI TENARU

Pada Hari Senin Tanggal 07 Desember 2015, tepat pukul 07.00 WIB dilaksanakan acara Tanam Padi serentak  dalam rangka mendukung Program Swasembada Pangan di Wilayah Kecamatan Driyorejo seluas 2 Ha.






Acara yang dibuka oleh Danramil 0817/01 Driyorejo ini berlangsung tepat jam 07.00 WIB. Danramil 0817/01 Driyorejo Bpk. Kpt. Inf. Suyanto memberikan sambutan serta penjelasan singkat tentang proses tanam padi serentak. Kemudian dilanjutkan oleh sambutan dari Bapak Ka UPT BP3K Kecamatan Driyorejo, Bpk. Totok Suprapto yang menjelaskan tentang sistem tanam padi jajar legowo.
Selanjutnya dilakukan acara tanya jawab dengan petani tentang Jajar Legowo.
Pada pukul 10.15 WIB kegiatan tanam padi serentak selesai dilanjutkan Evaluasi dari Danramil, Ka UPT BP3K, Mantri Tani dan Kelompok Tani desa Tenaru.






Kegiatan ini dihadiri oleh : Danramil 0817/01 Driyorejo Bpk. Kpt. Inf. Suyanto, Ka UPT BP3K Driyorejo, Penyuluh Pertanian se Kec. Driyorejo, Mantri tani Kec. Driyorejo, Ketua Poktan desa Tenaru Bpk. Sutrisno, 4 orang petani / pemilik sawah desa Tenaru masing-2 dengan luas 0,5 Ha.
1. Bpk. Wakid (58 tahun), 2. Bpk. Irnanto (51 tahun), 3. Ibu Ngatemi (65 tahun) dan 4. Bpk. Tomblok (65 tahun) serta 14 orang buruh tani.

Selama pelaksanaan kegiatan berjalan dengan lancar, tertib dan aman serta kompak.

SL CABE DI TENARU

Sekolah lapang Budidaya Cabe di luar musim dilaksanakan di Poktan Tenaru Kec. Driyorejo Kabupaten Gresik. Ketua Poktan Tenaru Bpk. Sutrisno mengatakan bahwa pelaksanaan SL cabe ini mudah-mudahan dapat meningkatkan pendapatan petani yang berharap agar pada saat panen Cabe harga sudah berpihak kepada petani.




Kamis, 13 Agustus 2015

SAMBUNG RASA DI UJUNG PANGKAH

Kegiatan rutin sambung rasa Gapoktan, kali ini dilaksanakan di desa Pangkah Kulon Kecamatan Ujung Pangkah - Gresik pada hari Rabu tanggal 5 Agustus 2015. Kegiatan yang digagas oleh badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian (BP4K) kabupaten Gresik ini dihadiri oleh Bapak Bupati Ir. Sambari Halim Radianto, MSi beserta Bpk. Wakil Bupati Muhammad Qosim.





Khusus Gapoktan Kec. Driyorejo menghadirkan Asosiasi Gapoktan Kec. Driyorejo sebanyak 1 (satu) bus atau kurang lebih 40 orang.
Tak rugi Gapoktan Driyorejo ber tret tet ke ujung pangkah, karena Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Kec. Driyorejo tampil sebagai Juara III BP3K Terbaik tingkat Kabupaten Gresik. Hadiah yang diperoleh adalah seekor Sapi.


Disamping itu seluruh anggota Gapoktan sekaligus dapat refreshing dan rekreasi di Pantai Dalegan, pantai eksotis yang menjadi andalan wisata Kabupaten Gresik yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Lamongan.
God job...............!!!

Senin, 06 Juli 2015

PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN JAGUNG

Penyakit utama yang menyerang tanaman jagung dan petani kesulitan untuk mengatasi dan memberantasnya adalah penyakit Bulai. Penyakit bulai pada tanaman jagung begitu drastis menyerang disebabkan salah satunya adalah akibat perubahan iklim yang menuntut adanya varietas jagung yang adaptif terhadap perkembangan dinamika hama dan penyakit di lapangan. Penyakit bulai, merupakan penyakit utama pada tanaman jagung yang apabila tidak tertangani dengan baik akan menyebabkan kehilangan hasil sampai 100%. Peningkatan suhu dan kelembaban akhir-akhir ini diperkirakan akan semakin mempercepat perkembangbiakan dan penyebaran spora bulai melalui media udara, tanah ataupun benih. Ciri umum yang ditimbulkan dari serangan bulai adalah munculnya butiran putih pada daun yang merupakan spora cendawan pathogen tersebut. Penyakit ini menyerang pada tanaman jagung varietas rentan hama penyakit dan umur muda (1-2 MST) maka kehilangan hasil akibat infeksi penyakit ini dapat mencapai 100% (Puso). Masa kritis tanaman jagung terserang bulai berlangsung sejak benih ditanam hingga usia 40 hari.
Upaya pencegahan yang dilakukan petani melalui perlakuan benih dengan fungisida berbahan aktif metalaksil dilaporkan tidak membawa hasil karena adanya efek resistensi atau kekebalan terhadap bahan aktif tersebut.

Gejala
Gejala khas bulai adalah adanya warna khlorotik memanjang sejajar tulang daun dengan batas yang jelas antara daun sehat. Pada daun permukaan atas dan bawah terdapat warna putih seperti tepung dan ini sangat jelas pada pagi hari. Selanjutnya pertumbuhan tanaman jagung akan terhambat, termasuk pembentukan tongkol, bahkan tongkol tidak terbentuk, daun-daun menggulung dan terpuntir serta bunga jantan berubah menjadi massa daun yang berlebihan

Penyebab dan Penyebarannya
Penyebab penyakit bulai di Indonesia yaitu jamur Peronosclerospora maydis, P. maydis umumnya menyerang tanaman jagung di Pulau Jawa seperti Jawa Timur, Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Di bawah ini sejumlah upaya yang dapat dilakukan untuk mengendalikan penyakit bulai di lapangan:
  1. Penggunaan varietas tahan seperti jagung hibrida varietas Bima-1, Bima-3, Bima-9, Bima-14 dan Bima-15 serta jagung komposit varietas Lagaligo dan Lamuru.
  2. Periode bebas tanaman jagung hal ini dikhususkan kepada daerah-daerah endemik bulai di mana jagung ditanam tidak serempak, sehingga terjadi variasi umur yang menyebabkan keberadaan bulai di lapangan selalu ada, sehingga menjadi sumber inokulum untuk pertanaman jagung berikutnya.
  3. Sanitasi lingkungan pertanaman jagung sangat perlu dilakukan oleh karena berbagai jenis rumput-rumputan dapat menjadi inang bulai sehingga menjadi sumber inokulum pertanaman berikutnya.
  4. Rotasi tanaman dengan tujuan untuk memutus ketersediaan inokulum bulai dengan menanam tanaman dari bukan sereal.
  5. Eradikasi tanaman yang terserang bulai.
  6. Penggunaan fungisida (b.a. Metalaksil) sebagai perlakuan benih (seed treatment) untuk mencegah terjadinya infeksi bulai lebih awal dengan dosis 2,5 -5,0 g/kg benih.


Daftar Pustaka
 Azri, 2009, Teknologi Pengendalian Penyakit Bulai Tanaman Jagung, Badan Litbang Pertanian : Jakarta
Ruhendi, A. Iqbal, dan D. Soekarna. 1985. Hama Jagung di Indonesia. Dalam Hasil Penelitian Jagung, Sorgum dan Terigu 1980-1984. Risalah Rapat Teknis Puslitbangtan : Bogor

Kamis, 25 Juni 2015

PERTEMUAN GAPOKTAN SE KEC. DRIYOREJO

Pada hari Senin, Tgl. 8 Juni 2015, bertempat di rumah Bpk. haris ( Kios Pupuk Bahagia ) desa Banjaran, Kecamatan Driyorejo, dilaksanakan pertemuan rutin gapoktan se Kecamatan Driyorejo.
Hadir dalam pertemuan ini adalah Kepala UPT BP3K Kec. Driyorejo, Bpk. Totok Suprapto, SP, POPT Kec. Driyorejo, Bpk. H. Muhtadi, SP, Penyuluh Pertanian (Bpk. Sudaryanta, SP dan Bpk. Bambang P, SP) serta THL Bpk. Achmad Farid, SP.
Dari Gapoktan, hampir seluruh anggota Asosiasi Gapoktan Kecamatan Driyorejo hadir dalam pertemuan ini.
Hasil dari pertemuan ini adalah :
- Pertemuan agar dilaksanakan dengan banyak anggota yang hadir
- Pada bulan puasa pertemuan ditunda dan dilaksanakan setelah hari raya
- RDKK Pupuk agar segera dibuat dan disetorkan ke BP3K Kec. Driyorejo
- Waspada terhadap serangan H/P tanaman padi




Jumat, 08 Mei 2015

TANAM JARWO PADI

Bertanam Padi Jarwo di Tlapak dan Tenaru

Setelah panen di Musim Tanam Padi pertama, anggota kelompok tani yang ada di desa Randegan sari atau lebih tepatnya Poktan Tlapak dan dari desa Tenaru melaksanakan Musim Tanam Padi yang kedua dengan menggunakan sistem tanam Jarwo dan padi varietas ciherang.






Senin, 02 Maret 2015

Penyakit Blast pada Padi


PENYAKIT BLAST (Pyricularia Oryzae Cav) 
PADA TANAMAN PADI DAN PENGENDALIANNYA

PENDAHULUAN
Penyakit Blast (bercak belah ketupat) disebabkan oleh meluasnya serangan jamur Pyricularia oryzae (P. grisea). Jamur ini menyerang tanaman padi pada masa vegetatif menimbulkan gejala blas daun (leaf blast) dengan ditandai adanya bintik-bintik kecil pada daun berwarna ungu kekuningan. Semakin lama bercak menjadi besar, berbentuk seperti belah ketupat dengan bagian tengahnya berupa titik berwarna putih atau kelabu dengan bagian tepi kecoklatan. Serangan pada fase generatif menyebabkan pangkal malai membusuk, berwarna kehitaman dan mudah patah (busuk leher). Penyakit blas merupakan salah satu kendala utama dalam budidaya padi karena bila terserang jamur Pyricularia oryzaeini bila tidak diwaspadai sejak awal akan mengakibatkan penurunan produksi hingga 70 %.

Gbr. Pengamatan Blast di desa Kesamben Wetan - Driyorejo
  FAKTOR-FAKTOR YANG  MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN BLAST
 Padi merupakan inang utama sebagai tempat berkembangnya  jamur Pyricularia oryzae sehingga apabila tanaman padi tumbuh serempak di suatu hamparan dan sudah pernah ada gejala serangan sebelumnya maka besar kemungkinan blast ini akan segera menyebar apabila didukung oleh kelembapan dan suhu optimum yaitu antara 24º C - 28º C.
Pyricularia oryzae  menyerap  nutrisi tanaman padi untuk memperbanyak diri dan mempertahankan hidup. Bila menyerang pada daun muda, menyebabkan proses pertumbuhan tidak normal, beberapa daun menjadi kering dan mati.  Blast pada daun banyak menyebabkan kerusakan antara fase pertumbuhan hingga fase anakan maksimum. Infeksi pada daun setelah fase anakan maksimum biasanya tidak menyebabkan kehilangan hasil yang terlalu besar, namun infeksi pada awal pertumbuhan sering menyebabkan puso terutama varietas yang rentan. Penggunaan fungisida pada fase vegetatif sangat dianjurkan apabila guna menekan tingkat intensitas serangan blas daun dan juga dapat mengurangi infeksi pada tangkai malai (blas leher).
Pemupukan unsur Nitrogen dimusim penghujan yang tinggi juga akan memicu pertumbuhan Pyricularia oryzae. Pemupukan nitrogen yang tinggi menyebabkan ketersediaan nutrisi yang ideal dan lemahnya jaringan daun, sehingga spora blas pada awal pertumbuhan dapat menginfeksi optimal dan menyebabkan kerusakan serius pada tanaman padi.
Penanaman padi terutama pada musim tanam rendengan/hujan haruslah ekstra hati-hati. Dengan curah hujan yang tinggi serta adanya faktor angin memicu perkembangan blas dapat meluas dengan cepat. Pengelolaan jarak tanam yang terlalu rapat juga akan mempengaruhi kecepatan perluasan penyakit ini.
Gambar. Pengamatan Blast di Kesamben Wetan
 USAHA-USAHA PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
 Berikut adalah beberapa cara pencegahan dan Pengendalian:
1.  Pengelolaan tanaman terpadu (PTT) pada tanaman padi .
Salah satu tujuan PTT adalah mampu menekan penurunan hasil akibat OPT(Organisme penggangu Tumbuhan) antara lain dengan jalan sebagai berikut :
a. Penggunaan varietas tahan & pembenaman jerami
Penggunaan varietas baru yang tahan terhadap blas sangat dianjurkan bagi daerah yang endemi terhadap blas antara lain : Inpari 13, Luk ulo, Silugonggo, Batang Piaman, Inpago dll.
Proses dekomposisasi jerami selain dapat berfungsi sebagai pupuk organik juga dapat membunuh miselia blas dan tidak berpotensi untuk berkembang.
b. Pemupukan berimbang
Penggunaan pupuk sesuai anjuran terutama pada daerah-daerah endemi penyakit blas terutama dengan penggunaan Nitrogen yang tidak berlebihan dan dengan penggunaan kalium dan phosfat, dianjurkan agar dapat mengurangi infeksi blas di lapangan. Penggunaan kalium mempertebal lapisan epidermis pada daun sehingga penetrasi spora akan terhambat dan tidak akan berkembang di lapangan.
  c. Waktu tanam yang tepat
Pengaturan waktu tanam pada saat yang bertepatan banyak embun perlu dihindari agar pertanaman terhindar dari serangan penyakit blas yang berat. Keadaan ini memerlukan data iklim spesifik dari wilayah-wilayah pertanaman padi setiap lokasi. 
2.  Penggunaan Fungisida Kimia & Nabati
a.  Fungisida Kimia
Penggunaan fungisida kimia juga dianjurkan bagi daerah yang endemi terhadap blas dengan ketentuan menggunakan Pengendalian Hama secara Terpadu dan tepat guna. Ada beberapa fungisida kimia yang bekerja secara sistemik di pasaran contoh :mikocide 70Trycyclazole, Amistartop, Score, Pyoguilon,Nelumbo 250 EC, Prima Vit,  dll.

b.   Fungisida Nabati
Fungisida nabati dapat berupa produk langsung jadi yang dijual dipasaran misalnya Inokulan/starter Trichoderma sp dan Gliocladium sp yang digunakan sebagai tindakan preventif pada masa vegetatif padi.  Fungisida nabati juga dapat dibuat secara sederhana  dari bahan-bahan sederhana. Berikut ini adalah beberapa cara membuat Fungisida Nabati:

Cara I
 Bahan-bahan yang diperlukan (masing-masing 1-2 kg) :
1.  bawang putih
2.  temu ireng
3.  temu lawak
4.  umbi gadung
5.  kencur
  6.  kalau mau lebih mantap, bisa ditambah kunir  putih
  
Langkah pembuatan:
Cuci semua bahan dan tumbuk hingga halus dan campurkan jadi satu, campuran tersebut direndam dalam air bersih ± 5 liter air dalam wadah tertutup dan biarkan 3-4 hari hingga terjadi proses fermentasi setelah itu larutan diperas dan disaring dan siap digunakan.  Untuk aplikasi, larutkan biang fungisida ini dalam air bersih dengan perbandingan 1 bagian : 4/5 bagian.  Cara aplikasi bisa dengan disemprotkan ke tanaman yang terserang penyakit/belum (untuk pencegahan) dan atau dikocorkan langsung ke pangkal tanaman. Fungisida organik ini sekaligus juga bisa berfungsi sebagai pupuk organik cair (POC).  
 Cara II 
Bahan
1.   Lenkuas/ laos 1 kg
2.   Kunyit/kunir 1 kg
3.   Jahe 1 kg

Cara Pembuatan
1.  Ketiga bahan ditumbuk atau diparut
2.  Ambil sarinya dengan cara diperas
3.  Bahan siap digunakan untuk 2 sendok makan dicampur dengan air 10  15 liter.

Cara III
 Bahan :
1. Jahe 1 kg
2. Lengkuas 1 kg
3. Kunyit 1 kg
4. Labu siam 1kg
Caranya :
Keempat bahan tersebut diparut lalu diperas dan disaring diambil airnya. Masukkan air saringan tersebut ke dalam botol atau tempat air lainnya untuk persedian sewaktu-waktu. Untuk pemakaian campurlah setiap satu liter air dengan 20 cc larutan fungisida tersebut.  Jika diperlukan untuk bahan perekat lain dan sekaligus sebagai protein bagi tanaman maka tambahkan 2 butir telur ayam untuk campuran fungisida alami.

Cara IV
 Bahan
Daun Sirih 300 Gram (± 30 lembar daun)
Daun Jambu biji (± 30 lembar daun)
Lengkuas 300 Gram

Alat
Blender

Cara Pembuatan
Bahan-bahan dihancurkan dengan blender dengan sedikit air. Kemudian diperas diambil airnya. 3-5 sendok dicampur 10-15 liter air untuk disemprotkan.
 Cara V
Bahan :
Air Kelapa 7 liter
Susu segar 1 liter/ susu kaleng 1 buah
Kuning telur 7 butir
Madu 1 sendok makan
Gula 1 sendok makan
CIU (arak lokal) 1 liter bisa diganti dengan alcohol

Bahan-bahan tersebut dicampur dan dapat diaplikasikan dengan dosis 250 ml dicampur dengan air 10-14 liter (1 tangki)
 PENUTUP
Penyakit Blast pada padi bisa dicegah  sejak awal budidaya terutama bagi daerah endemi penyakit ini. Dengan bacaan  ini mudah-mudahan bisa memberikan petunjuk teknis dalam pencegahan dan pengendalian penyakit blast pada padi.  
 Sumber Data :